TKN Nilai Puisi Neno Warisman Bentuk Fanatisme Politik
- Fikri Halim/VIVA.co.id
VIVA – Wakil Ketua TKN Jokowi-KH Ma’ruf Amin, Abdul Kadir Karding menilai doa aktivitas 2019 ganti presiden Neno Warisman dalam munajat 212 bukan merupakan bentuk fanatisme agama. Tapi fanatisme politik.
"Bagi saya Neno sedang terjerat dalam fanatisme politik. Ucapannya bukan saja mendiskreditkan kelompok yang berlainan politik dengannya tapi bahkan juga berani mendikte dan mengancam Tuhan," kata Karding melalui keterangan tertulisnya, Minggu 24 Februari 2019.
Ia menilai keliru ketika ada yang menganggap Neno terlalu fanatik agama. Karena, orang yang fanatik agama berarti ia mengerti betul tentang nilai-nilai esensial yang diajarkan agama.
"Seperti menghargai, menghormati, dan menjaga perasaan sesama manusia. Bukan mengklaim seolah kelompoknya yang paling benar dan yang lain salah," kata Neno.
Menurutnya, apa yang diucapkan Neno Warisman dalam acara Munajat 212 di tidak pantas disebut sebagai doa. Melainkan cuma orasi politik yang bersifat pragmatis berkedok agama.
"Pertanyaan saya dari mana Neno bisa mengambil kesimpulan itu? Apa ukurannya sampai ia bs mengatakan jika pihaknya kalah maka tak akan ada lagi yang menyembah Allah?" Kata Karding.
Ia menilai, Neno adalah contoh paling gamblang bagaimana agama dijadikan kedok untuk tujuan politik. Neno dinilai menafikan kenyataan bahwa Jokowi-Maruf didukung oleh begitu banyak kiai, santri pondok pesantren, umat Islam yang juga menjalankan salat, zakat, haji, dan berbagai kelompok lintas agama.