Kurir Logistik Teroris Ali Kalora Ditangkap Saat Bawa Beras dan Telur
- VIVA.co.id/Syaefullah
VIVA – Aparat gabungan melaporkan telah menangkap seorang kurir logistik kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Ali Kalora yang berbasis daerah operasi di Pegunungan Biru, Sulawesi Tengah.
Polisi tidak mengungkap identitas anak buah pemimpin teroris penerus Santoso alias Abu Wardah itu dan hanya menyatakan bahwa pria itu dibekuk di Kabupaten Parigi Moutong, perbatasan Poso. Si kurir sudah ditahan dan dalam pemeriksaan.
Aparat menyebut pria itu sebagai kurir karena diketahui membawa sejumlah kebutuhan makanan pokok yang diperkirakan untuk Ali Kora dan komplotannya di hutan.
"Logistik untuk kebutuhan, beras, mi, telur. [dibawa pakai] karung, dipikul. Soalnya jalurnya terbatas, karena hutan," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Kamis, 14 Februari 2019.
Tim gabungan TNI dan Polri yang dinamai Satuan Tugas Tinombala itu juga memutus jalur logistik di empat titik menuju tempat persembunyian Ali Kalora cs. Aparat secara teknis telah mempersiapkan pendeteksi jalur komunikasi yang dilakukan Ali Kalora cs.
Satgas meminta kerja sama masyarakat setempat, terutama petani yang memasuki wilayah hutan Pegunungan Biru agar membawa perbekalan secukupnya. Satgas juga meminta kerja sama pihak keluarga untuk membujuk 14 kelompok teroris MIT agar menyerahkan diri.Â
Anggota baru
Polri mendeteksi empat anggota baru yang bergabung dengan kelompok teroris Ali Kalora. Karena itu, jumlah anggota Ali Kalora cs yang dinyatakan buronan polisi menjadi 14 orang.
Satgas Tinombala juga mempertebal kekuatan untuk memburu kelompok teroris itu. Selain berkoordinasi dengan masyarakat setempat, aparat juga menyebarkan pamflet melalui udara agar kelompok Ali Kalora ini segera menyerahkan diri.
Ali Kalora cs menjadi sorotan publik setelah aksinya membunuh dan memutilasi warga di Desa Salubanga, Sausu, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, pada 31 Desember 2018. Diduga aksi itu untuk mengundang aparat kepolisian mendatangi lokasi.
Esoknya, mereka menembaki polisi yang tengah memeriksa lokasi dan mengevakuasi jasad korban mutilasi. Dua anggota mengalami luka tembak akibat peristiwa itu.
Kontak tembak antara petugas dan kelompok teroris sempat berlangsung sekitar 30 menit. Mereka kemudian melarikan diri ke wilayah pegunungan di perbatasan Kabupaten Parigi Moutong dan Poso. Pengejaran terhadap mantan anak buah Santoso alias Abu Wardah itu terus berlanjut. (art)