Peternak Sebut Beras Busuk Bulog Tak Layak untuk Unggas
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVA – Ketua Presidium Peternak Layer Nasional, Ki Musbar Mesdi mengatakan beras bukanlah bagian utama dari komponen pakan unggas. Komposisinya pun hanya berkisar 3—5 persen dari pakan yang ada.
Komentar Musbar membantah pernyataan Bulog yang menyebut beras busuk yang ditemukan di OKU Sumatera Selatan tidak akan digunakan untuk konsumsi masyarakat, melainkan akan dialihkan untuk pakan ternak.
Para peternak unggas menganggap, beras busuk bukan makanan yang tepat bagi ayam maupun unggas lainnya.
Musbar menjelaskan, selama ini, pemakaian beras yang digunakan untuk campuran pakan juga bukan beras busuk.
“Kita nggak mengenal beras buruk dipakai di ayam. Yang kita kenal adalah bekatul dan menir,” ujar Musbar saat dihubungi, Rabu, 13 Februari 2019.
Dia menambahkan,
bekatul dan menir mengandung energi bagi unggas yang berasal dari minyaknya. Sementara itu, beras busuk sendiri dianggap tidak akan berguna apabila diberikan kepada ternak.
“Beras rusak itu enggak ada artinya bagi ayam. Vitamin sama karbohidratnya sendiri sudah rusak. Untuk ternak unggas, tidak direkomendasikan kalau beras busuk,” kata dia lagi.
Ia pun mempertanyakan beras busuk yang ditemukan di gudang Bulog, apakah itu karena berkutu atau berjamur. Kalaupun karena hanya berkutu, ia meyakini tidak ada peternak yang mau mengambilnya dikarenakan bisa berisiko jika dimakan oleh unggas.
Jika berkutu, peternak mesti memberikan diinfektan guna bisa menghilangkannya. Apabila beras tersebut sudah bersih dan dikonsumsi oleh ternak, hal tersebut sangat berisiko.
Sementara itu, jika busuk karena jamur, artinya peternak mesti mengeluarkan uang lebih untuk memberikan antijamur kepada beras tersebut sebelum diberikan kepada unggas. Tetapi, itu pun tidak akan dilirik karena dengan demikian, sama sekali tidak ada nutrisi yang tersisa dalam beras tersebut.
Musbar beranggapan, pernyataan Bulog yang mengalihkan penggunaan beras busuk kepada ternak semata untuk mengurangi keruhian dan kesalahan manajemen gudang hingga menyebabkan busuknya beras.
“Jadi misalnya mau dijual dengan harga rugi kepada peternak, tapi sekarang, peternak mana yang mau memakai? Kita dari peternak kagak ada yang berani,” ucap dia.
Seperti diketahui, pengungkapan beras busuk dari gudang Bulog ini diketahui dari petugas pemeriksa mutu beras yang independen. Pemeriksa beras itu, kata dia, bukan dari pemerintah dan bukan dari Bulog. (EP)