Lahar Gunung Karangetang Tutupi Jalan, Warga Mulai Terisolir
VIVA – Erupsi Gunung Karangetang di Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, masih terus terjadi. Bahkan lahar gunung dengan ketinggian 1.827 mdpl ini telah sampai ke laut di Kampung Batubulan, Kecamatan Siau Barat Utara, Selasa, 5 Februari 2019.
"Iya, lahar sudah menembus akses jalan hingga ke laut. Warga diminta tetap bertahan di lokasi pengungsian," ujar Kepala Pos Pengamatan Gunung Karangetang, Yudia Tatipang dihubungi dari Manado, Rabu pagi, 6 Februari 2019.
Ia mengatakan asap kawah tidak teramati, suara gemuruh lemah sampai agak kuat sesekali terdengar. Berdasarkan pengamatan dari laut depan Kampung Batubulan, termati ujung tumpukan atau leleran lava sekitar 3.475 m dari puncak kawah II. Dari ujung atau samping leleran terjadi longsoran material yang menimbulkan kepulan asap kecoklatan kelabu kehitaman tebal. "Secara kegempaan terjadi 13 kali guguran," ujar Yudia.
Guguran lahar Gunung Karangetang menjadi seperti bukit dan menutupi akses jalan dari Kampung Kawahang ke Kampung Batubulan, tak terkecuali jembatan penghubung dua kampung itu ikut tertutup. "Aliran lahar diperkirakan setinggi 50 m dari aspal tersebut melintas di jalan hingga ke laut," katanya.
 Polisi dan TNI melakukan penjagaan ketat di lokasi yang dilewati lahar agar jangan dimasuki warga. "Warga dilarang beraktivitas di radius 3 KM guna menghindari hal yang tidak diinginkan bisa terjadi," tambah Yudia.
Bupati Sitaro, Evangelian Sasingen mengatakan akibat guguran lahar yang menutup jalan warga di Kampung Batubulan sudah mulai terisolir. "Saya ikut memantau kondisi para pengungsi. Untuk bantuan makan tidak masalah karena sudah mencukupi hingga beberapa hari. Bahkan kami berupaya melalui akses laut men-suplai terus bahan makanan kepada para pengungsi yang berjumlah 112 orang," ujarnya.
Pemerintah juga ikut memberikan matras untuk tempat tidur di dua lokasi pengungsian. "Listrik juga padam. Listrik dimatikan petugas PLN karena guguran lahar yang menembus perkampungan warga. Namun ada genset milik kampung sehingga pemerintah hanya memberikan bahan bakar minyak (BBM)," ujar Evangelian yang menyambangi pengungsi di GMIST Nazareth Niambangeng. (ren)