Januari, 10 Orang Meninggal akibat Demam Berdarah di Sulsel
- VIVA.co.id/ Zahrul Darmawan (Depok)
VIVA – Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan mendata terdapat 10 orang yang meninggal dunia akibat penyakit Demam Berdarah Dengue atau DBD. Sementara itu, ada ratusan pasien lainnya diketahui positif terjangkit dan kini dirawat di rumah sakit.
Berdasarkan hasil pendataan sementara, kasus DBD terbanyak terjadi di Kabupaten Pangkep dengan 216 orang positif DBD, 186 suspect DBD, dan lima orang dinyatakan meninggal akibat DBD. Sementara itu, di Kabupaten Bulukumba, terdata ada 75 orang positif terjangkit.
Selain di Pangkep, korban meninggal lainnya akibat DBD yakni satu orang di Kota Makassar, dua orang di Kabupaten Soppeng, satu orang di Maros, dan satu orang di Wajo. Tim gerak cepat disiagakan Dinas Kesehatan Sulsel guna mencegah adanya tambahan korban meninggal.
Pejabat Kadis Kesehatan Sulsel, Bahtiar Baso mengatakan, pihaknya kini terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat, guna menanggulangi penyakit tersebut. Khususnya, dalam upaya pencegahan bersama Dinas Kesehatan daerah di 24 kabupaten/kota.
Sejumlah dinas terkait pun turut dilibatkan, seperti Dinas Lingkungan Hidup di daerah hingga Dinas Pekerjaan Umum. Keterlibatan instansi itu, kata Bahtiar, seperti perawatan lingkungan hingga persoalan drainase.
Saat ini, Bahtiar menjelaskan, pihaknya telah mengeluarkan surat imbauan kepada 105 rumah sakit yang ada di Sulsel, untuk memberi ruang kepada seluruh penderita demam berdarah. Khususnya dalam hal pelayanan kesehatan yang maksimal.
"Tidak boleh ada penolakan, tidak ada satu pun rumah sakit yang menolak pasien demam berdarah. Saya sudah tegaskan hal itu, khususnya dalam hal pelayanan dan perawatan pasien, rumah sakit harus maksimal," ujarnya saat dikonfirmasi VIVA, Senin, 4 Februari 2019.
Wakil Dekan III Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia, Andi Surahman Batara berharap, penanganan DBD di Sulsel mendapatkan respons cepat dari pemerintah. Upaya teknis, kata dia, harus dilaksanakan oleh instansi terkait.
Pola pencegahan yang ada saat ini, dianggapnya belum berkelanjutan sehingga saat musim hujan dan banjir tiba, banyak warga terjangkit demam berdarah.
"Jangan tiba masa tiba akal, lalu akhirnya nanti kelabakan. Program pencegahan harus betul-betul berkelanjutan dan melibatkan semua pihak terkait, bukan hanya sekadar publikasi jargon," ujarnya.
Pasien DBD Terus Naik
Sementara itu, jumlah penderita DBD yang dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok terus meningkat setiap hari. Data yang diperoleh mencatat, jumlah pasien DBD di rumah sakit itu telah mencapai 231 pasien, Senin, 4 Februari 2019.
Hal itu diungkapkan oleh salah satu Humas RSUD Depok, Satya Hadi saat dikonfirmasi wartawan. Pria yang akrab disapa Hadi ini menjelaskan, keseluruhan pasien DBD pada Januari 2019 berjumlah 203 pasien.
Sementara itu, pada periode 4 Februari 2019 sampai dengan sekira pukul 09.51 WIB mencapai 231 pasien. Itu artinya bertambah 28 pasien dalam beberapa hari terakhir.
“Untuk pasien yang masih dirawat saat ini berjumlah 33 orang. Di antaranya enam pasien anak-anak dan 27 pasien dewasa,” katanya.
Terkait peristiwa ini, Pemerintah Kota Depok pun telah gencar melakukan penyuluhan dan sosialisasi Pemberantasan Sarang Nyamuk atau PSN. Bahkan, TNI setempat ikut mengambil tindakan.
Salah satunya seperti yang dilakukan jajaran Koramil 03/Sukmajaya. Dipimpin langsung oleh Danramil, Kapten Inf Suyono, TNI ikut turun tangan memberantas penyebaran nyamuk Ades Aegipty di sejumlah rumah warga.
Pria yang akrab disapa Yono ini mengatakan, ini adalah bagian dari bakti TNI terhadap rakyat. “Rakyat itu adalah ibu kandungnya TNI. Karena itu kami harus peduli," katanya.
Adapun di Tangerang, membuat Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar melakukan berbagai cara untuk antisipasi kejadian luar biasa DBD seperti pada 2016.
"Kita pernah masuk dalam kategori KLB dan jangan sampai itu terjadi lagi. Saat ini wabah DBD di Kabupaten Tangerang, masih dalam kondisi normal, namun curah hujan yang terus menerjang menjadi kewaspadaan bagi semua elemen masyarakat, sehingga pencegahan dini jauh lebih utama," katanya, Senin, 4 Februari 2019.
Cara antisipasi tersebut, dengan meminta para petugas dan masyarakat meningkatkan langkah Pemberantasan Sarang Nyamuk atau PSN, serta budaya 3M dengan cara Menguras, Membersihkan, dan Menimbun.
"Jangan dilakukan dengan fogging atau pengasapan, karena itu tidak ada efeknya. Tapi, kita tingkatkan kebersihan lingkungan," ujarnya.
Pada awal 2019, sebanyak 36 warga di wilayah Kabupaten Tangerang yang terserang wabah DBD. Kemudian, untuk wilayah Kota Tangerang terdapat 21 warga dan Kota Tangerang Selatan sebanyak 90 warga. (art)