Jokowi dan Prabowo Akan Beradu Visi Misi di Tanwir Muhammadiyah

Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) berjalan bersama capres no urut 02 Prabowo Subianto sebelum mengikuti Debat Pertama Capres & Cawapres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis, 17 Januari 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Setneg-Agus Suparto

VIVA – Dua calon presiden di Pemilu Presiden 2019, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, dijadwalkan akan memaparkan visi misinya di depan kader Muhammadiyah pada Tanwir ke-51 Muhammadiyah yang akan diselenggarakan di Bengkulu pada 15-17 Februari 2019 mendatang.

Ucapan Selamat Jokowi setelah Khofifah-Emil Menang Versi Quick Count

Forum tertinggi Persyarikatan Muhammadiyah di bawah Muktamar ini mengusung tema "Beragama yang Mencerahkan".

Sejumlah tokoh nasional dan internasional dijadwalkan hadir dalam forum yang diikuti oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) se-Indonesia itu. Acara akan dibuka oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum.

Ahmad Luthfi-Taj Yasin Kalah di Tempat Jokowi Nyoblos

"Kedua Capres itu akan memaparkan visi-misinya di hadapan musyawirin secara terpisah dan di waktu berbeda," kata Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Biyanto dilansir laman pwmu.co, Sabtu, 26 Januari 2019.

Selain pemaparan visi misi capres, sejumlah tokoh juga akan memaparkan seminar internasional pada acara tersebut. Sebut saja Dewan Pertimbangan MUI Prof Din Syamsuddin, Prof Syafig A Mughni dan Prof Dato’ Dr Torla Hassan (UIIM). Mereka dijadwalkan hadir dalam seminar internasional bertema 'Internasionalisasi Wasathiyah Islam'.

Ahmad Luthfi-Taj Yasin Keok di TPS Jokowi Nyoblos

Tak hanya itu, kata dia, Dr Dato Seri Anwar Ibrahim. Mantan Perdana Menteri Malaysia, juga diagendakan mengisi publik lecture tentang 'Islam dan Tantangan Tata Dunia Baru'.

"Ada pula Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Mendikbud Prof Muhadjir Effendy, Dubes RI untuk Lebanon Hajriyanto Y Thohari dan Ustad Adi Hidayat yang juga dijadwalkan hadir," ujarnya.

Biyanto menegaskan tema Tanwir kali ini sangat relevan dengan kondisi bangsa yang sedang menghadapi berbagai persoalan krusial terkait hubungan politik dan agama. Terlebih di tahun-tahun politik jelang Pemilu 2019.

"Tatkala memasuki kondisi demikian, elite politik selalu membawa agama dan simbol-simbolnya untuk kepentingan politik kekuasaan. Hal ini menjadi gejala umum. Padahal jika agama dibawa masuk dunia politik, apalagi didasari kepentingan partainya, maka agama akan kehilangan makna kesuciannya. Pada konteks inilah, Muhammadiyah penting memosisikan agama sebagai simbol pencerahan," papar Biyanto.

Ia berharap umat bisa menampilkan ajaran agama dalam bentuk yang mudah dan menggembirakan. Sebaliknya, jangan menampilkan ajaran agama yang berwajah menakut-nakuti dan membuat orang lain lari.

"Perbedaan pilihan politik adalah wajar dalam kehidupan berbangsa. Karena itu, dalam suasana dinamika politik yang semakin memanas, posisi agama yang ditampilkan melalui perilaku elit dan umatnya harus menyejukkan dan mencerahkan," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya