Saat Pemuda Teropong Dinamika Politik dari Rumah H.O.S Tjokroaminoto
- Viva.co.id/Nur Faishal
VIVA – Haji Oemar Said Tjokroaminoto di zamannya jadi mentor sekaligus perantara para pemuda berlatabelakang beda-beda, termasuk dari dari sudut pandang ideologi dan pemikiran.
Dari rumahnya di kawasan Peneleh, Surabaya, Jawa Timur, tumbuh imaji tentang satu bangsa di diri Soekarno muda dan rekan sebayanya dulu. Diperlukan Tjokro-Tjokro masa kini.
Demikian disampaikan cendekiawan muda Dimas Oky Nugroho saat berbincang dengan VIVA pada Minggu malam, 6 Januari 2019. Ia menceritakan ulang diskusi rutinnya bersama elemen anak muda dari Komunitas Pemuda Surabaya, salah satunya yang digelar di rumah bersejarah peninggalan H.O.S Tjokroaminoto di Peneleh, Surabaya, pada Sabtu akhir pekan lalu.
Dia mengatakan, yang bisa dipetik dari rumah H.O.S Tjokroaminoto ialah spirit kebangsaannya. "Masa Tjokroaminoto itu anak-anak mudanya kan plural dan beragam. Tidak hanya Soekarno, di sana juga ada Muso dan beberapa kawan lainnya," kata Dimas.
Nah, Tjokro mampu menjadi mentor dan menjadi perantara atau intermediary para pemuda saat itu yang berbeda-beda latar belakang dan pemahamannya. "Relevansinya sekarang ialah perlunya mentor-mentor seperti Tjokro. Perlu adanya intermediary para pemudanya. Sekarang yang terjadi krisis keteladanan," ujar Dimas.
Diskusi politik anak muda di Rumah HOS Tjokroaminoto
Selain soal politik, dalam diskusi bertema 'Resolusi Pemuda di Tahun Politik' itu juga didiskusikan isu partisipasi anak muda sekarang dalam dunia keriwausahaan dan ekonomi.
"Pelajar, santri, mahasiswa, aktivis, profesional, wirausahawan muda, bahkan politisi muda adalah masa kini dan masa depan kepemimpinan bangsa. Kita semua harus bersiap dan mempersiapkan transformasi kebangsaan," kata pria bergelar doktor itu.
Selain Dimas, hadir sebagai pembicara dalam diskusi itu novelis muda Intan Andaru. Dalam kesempatan itu novel baru Intan berjudul 'Perempuan Bersampur Merah' dirilis. Itu adalah novel keempat yang dilahirkan oleh dokter usia 28 tahun itu. Intan berharap sastra tetap menjadi rujukan literasi anak muda masa kini agar sensitif dalam menjalani proses kehidupan.
"Pengembangan sastra sebaiknya memang harus menjadi rujukan utama penguatan literasi anak-anak muda sehingga mereka lebih sensitif dan dinamis dalam menjalani proses kehidupan dan proses produksi kreatif yang dilakukan," ujar Intan. (mus)