Polisi Duga Serangan Eks Kelompok Santoso Mau Tunjukkan Eksistensi
- ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
VIVA – Kepala Biro Penerangan Masyakarat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo mengatakan, serangan eks kelompok teroris Santoso yang saat ini di bawah komando Ali Kolara terhadap dua anggota Polri, diduga untuk menunjukkan eksistensi.
"Jadi motifnya yang pertama memang menunjukkan eksistensinya. Jumlah mereka tidak banyak, kecil, jumlahnya 10 orang. Sudah diidentifikasi jumlahnya segitu," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu, 2 Januari 2019.
Dari sisi kekuatan senjata, Dedi mengatakan, kelompok Ali Kalora Cs hanya memiliki beberapa senjata api dan senjata tajam.
Ia menuturkan, penyerangan terhadap dua anggota Polri bukan hal yang direncanakan. Sebab, dengan kekuatan yang minim akan sangat berisiko bagi kelompok itu merencanakan aksi penyerangan.
"Kekuatannya sudah diidentifikasi hanya 3 senjata. Dua senjata laras panjang, satu rakitan, satu senjata laras pendek rakitan dan sisanya senjata tajam," ujarnya.
Dari hasil penyelidikan dan pemeriksaan saksi kunci, Dedi menjelaskan, pelaku pembunuhan dan mutilasi terhadap seorang warga merupakan kelompok Ali Kalora Cs. Ia menduga, korban dibunuh dan dipenggal kepalanya lantaran mengetahui keberadaan kelompok tersebut.
"Ada saksi kunci yang sudah diamankan oleh Satgas Tinombala. Saksi tersebut sudah dikonfirmasi terhadap foto-foto DPO yang dimiliki Polda Sulteng," ujarnya.
Dia menambahkan, "Dari daftar DPO yang diperlihatkan kepada saksi kunci, saksi kunci sudah membenarkan 100 persen, mengonfirmasi satu-satu foto yang dikenali oleh saksi melihat peristiwa pembunuhan tersebut. Dari keterangan tersebut satgas sudah betul-betul menyimpulkan pelakunya kelompok Ali Kalora."
Saat ini, kata Dedi, Satgas Tinombala masih bekerja memburu kelompok Ali Kalora Cs. Selain itu dari Polda Sulteng menurunkan tim Binmas yang bekerja sama dengan stakeholder lain untuk memberikan pencerahan, edukasi, bimbingan dan pendampingan kepada masyarakat untuk tidak terpengaruh dengan situasi tersebut.
"Kami juga ingin memberikan jaminan keamanan khususnya untuk masyarakat di desa-desa yang berbatasan dengan hutan. Kami lakukan penyekatan dalam rangka memotong jalur distribusi logistik. Kami juga kerja sama dengan masyarakat untuk bisa memonitor lingkungan di sekitar kebun maupun ladang masyarakat scara umum," katanya.
Sebelumnya, dua anggota polisi yakni Bripka Andrew dan Bripda Baso ditembak oleh sekelompok orang yang diduga anak buah kelompok teroris Santoso, Senin, 31 Desember 2018.
Kedua polisi tersebut ditembak saat membersihkan ranting pohon yang menutup jalan rombongan ketika melakukan proses evakuasi dan olah TKP mutilasi seorang warga Poso.
Kontak tembak pun sempat terjadi antara polisi dengan kelompok terduga teroris. Dua polisi yang tertembak berhasil dievakuasi ke puskesmas dan kelompok teroris masih dalam pengejaran. (mus)