Akses Ujung Kulon yang Terisolasi karena Tsunami Kini Terbuka
- VIVA/Yandi Deslatama
VIVA – Kecamatan Sumur di Kabupaten Pandeglang, Banten, sempat terisolasi saat tsunami Selat Sunda menerjang daerah di Ujung Kulon itu. Namun akses menuju kawasan itu kini sudah terbuka dan bisa dilalui.
Jalur menuju kecamatan itu berhasil ditembus oleh relawan yang pimpinan Dartono, seorang offroader asal Kota Serang, Banten. Dia bersama tim Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) membawa bantuan dari PT Sayabako Consulindo dan PT Banten Kidul Jaya dan nekat menembus Kecamatan Sumur.
Dartono, seorang pengemudi offroad, membawa serta pasukan bengkel dari Delta Dua untuk berjaga-jaga jika terjadi kerusakan mobil saat menembus jalanan menuju kawasan Ujung Kulon itu.
Dia dan relawan lainnya menembus kawasan Ujung Kulon pada Minggu pagi, 23 Desember 2018, sebelum yang lain berhasil menyingkirkan material tsunami dari jalanan.
Mula-mula tim Dartono menerima informasi bahwa jalan dari Kecamatan Sumur menuju Tanjung Lesung tak dapat dilalui karena jembatan putus. Dartono cs lantas mencari jalan alternatif melalui Cibaliung, dari Citeureup belok kiri, Cibaliung kemudian ke Sumur.
Tono berangkat dari Kota Serang menuju Sumur, Minggu dini hari, 23 Desember 2018, dan berhasil sampai ke lokasi pukul sembilan pagi. Menembus gelapnya malam sembari memperhatikan kondisi laut, dia nekat melawan takut setelah pesisir Banten dihantam tsunami Selat Sunda. Bahkan timnya sampai ke Desa Ujung Jaya, perkampungan terakhir di Taman Nasional Ujung Kulon.
"Sebenarnya kondisi jalur normal, tapi memang jalanan kurang bersahabat, jalan batu-batu, bolong-bolong gitu. Kalau Jeep (mobil offroad) sih enggak jadi masalah. Kita halangannya cuma nyali doang. Kalau enggak ada nyali, enggak berani, karena pinggir laut," katanya.
Bahkan banyak bagan apung yang harusnya di tengah laut ternyata sudah di pantai karena tersapu kuatnya gelombang tsunami Selat Sunda.
Setelah berhasil menembus keterisolasian di Kecamatan Sumur, dia pun memandu beberapa relawan lain melalui telepon meski tetap tak mudah karena suara terputus-putus akibat sinyal lemah.
Hingga kini, dia bersama enam mobil yang dipenuhi relawan dan bantuan logistik masih di lokasi bencana untuk membantu relawan lain mengevakuasi korban. Ada dua posko di sana yang dibuat masyarakat setempat meski kurang layak karena dibuat dari saung-saung tanpa dinding. Banyak pengungsi di sana, terutama anak-anak dan lansia.
Â