Indonesia Tak Punya Sistem Peringatan Dini Tsunami Gempa Vulkanik
- abc
"Sayangnya, ketika arus surut anggota kami tidak dapat menyelamatkan diri sementara
yang lain tidak menemukan sesuatu untuk berpegangan dan bertahan."
Dia mengatakan letusan Krakatau "tidak besar" dan apalagi tidak ada getaran seismik "signifikan" yang menunjukkan gejala tsunami akan datang.
Dipicu erupsi gunung Anak Krakatau
Gunung Api Anak Krakatau mengeluarkan asap dan lava ke Selat Sunda pada November, 2007.
Reuters: Supr
Sementara itu sebelumnya Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Ahmad Triyono memastikan tsunami yang terjadi di Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) dipicu oleh aktivitas vulkanologi dari gunung Anak Krakatau.
Dalam jumpa pers di Gedung BMKG, Jakarta, Minggu (23/12/2018) Rahmat Triyono mengatakan dua alat sensor yang dimiliki lembaga tersebut mencatat aktivitas Seismik di sekitar Selat Sunda.
"Alat sensor kami di Pulau Sertung dan Cigelis mencatat adanya usikan pada 21.03 WIB, ini menguatkan kesimpulan tsunami di Selat Sunda memang akibat aktivitas vulkanik," ucapnya.
Rahmat Triyono juga mengatakan BMKG belum memiliki alat peringatan untuk mendeteksi tsunami yang diakibatkan oleh gempa vulkanik. Oleh karena itu pihaknya tidak mengeluarkan peringatan dini kepada warga sebelum terjadi tsunami pada Sabtu malam.
"Sistem peringatan dini yang kita miliki saat ini baru untuk tsunami akibat gempa bumi atau tektonik. Jadi karena ini vulkanik tentu tidak ada early warning-nya. Apalagi kejadiannya pada malam hari jadi secara visual tidak kelihatan ada aktivitas gunung erupsi." kata Rahmat Triyono.