Fenomena Langka Gunung Semeru Bertudung karena Pergerakan Angin
- Twitter @Sutopo_PN
VIVA – Otoritas Gunung Semeru menjelaskan bahwa fenomena gunung tertinggi di Jawa itu bertudung kemarin sesungguhnya gejala alam biasa meski cukup langka.
Menurut Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, fenomena Semeru tampak bertudung awan itu dapat dijelaskan secara sederhana akibat pergerakan angin di puncak gunung.
"Namun jarang terjadi, memang; langka peristiwa seperti itu. Terjadi pada Senin kemarin, karena adanya perubahan atau pergerakan angin di puncak Semeru," kata Kepala Subbagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas TNBTS, Sarif Hidayat, Selasa, 11 Desember 2018.
Pemandangan serupa itu sebenarnya, kata Kepala Resor Ranupane, Elham Purnomo, pernah terjadi beberapa tahun lalu, bahkan sempat difoto oleh Jagawana setempat, tetapi tak sampai viral di media sosial.
Peristiwa langka puncak Mahameru yang di ketinggian 3.676 Mdpl diselimuti awan yang menyerupai topi tentu menarik perhatian masyarakat. Fenomena itu sebenarnya hanya berlangsung selama lima menit kemarin.
"Kalau saya rasa, karena cuaca saja. Bukan karena semburan letusan Semeru. Itu pas di puncaknya. Itu hanya hitungan menit: lima menit selesai. Kalau sekarang ramai, karena ada medsos, kan, cepat nyebarnya. Itu memang terlihat menarik," ujar Elham.
Puncak Gunung Semeru yang disebut Mahameru diselimuti awan membentuk pusaran seolah seperti topi. Sebagian orang berspekulasi macam-macam atas fenomena itu.
Tetapi Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho segera mengingatkan agar masyarakat tak berspekulasi, karena itu murni fenomena alam.Â
"Puncak gunung tertutup awan jenis lentikularis atau Altocumulus lenticularis. Awan itu terbentuk akibat adanya pusaran angin di puncak," ujar Sutopo dikutip dari akun Instagramnya, Senin, 10 Desember.
"Tidak usah dikaitkan dengan mistis tanda akan ada musibah, politik, atau jodoh seret," katanya. (umi)