Wagub Papua soal Penyerangan KKB: Jangan Lagi Bicara Hukum Adat!

Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal
Sumber :
  • VIVA/Banjir Ambarita

VIVA – Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal, mengutuk penembakan para pekerja jalan trans-Papua di Kabupaten Nduga oleh kelompok kriminal bersenjata. Penyerangan itu, katanya, tak bisa ditoleransi karena sampai menewaskan belasan warga sipil.

Detik-detik Kantor BKPSDM Mappi Papua Dibakar Massa Gara-gara Tak Terima Hasil CPNS

Klemen menganggap penyerangan itu tragedi besar dalam sejarah Papua modern dan mesti diingat sebagai tindakan keji dan tak beradab. "Karena dalam sejarah belum ada peristiwa seperti ini, di mana masyarakat sipil dibunuh secara brutal,” katanya di Jayapura, Selasa, 11 Desember 2018.

Dia mengingatkan aparat TNI dan Polri tak ragu menindak tegas kelompok penyerang, meski mereka warga asli Papua yang juga terikat dengan hukum adat setempat. "Jangan lagi bicara hukum adat!"

Semua Provinsi di Papua jadi Perhatian Bawaslu Terkait Kerawanan di Pilkada Serentak

"Saya juga anak adat dari wilayah Nduga," katanya, mengultimatum kelompok penyerang. "Jangan tipu-tipu, jangan main bunuh orang sembarang. Kalau gentleman, berhadapan dengan aparat keamanan, bukan membunuh masyarakat sipil."

Perusahaan dikritik

Satgas Habema Yonif Para Raider 503 Kostrad Rangkul Anak-anak di Medan Operasi Nduga Papua

Klemen mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak berspekulasi liar tentang pembantain pekerja sipil itu. Sebab, dia meyakini, kelompok penyerang sesungguhnya gerombolan kriminal belaka.

Lagi pula, katanya, umat Kristiani akan merayakan Natal. Maka setiap warga mesti menunjukkan sikap kasih kepada sesama dan membersihkan perasaan benci.

Dia juga sekalian mengingatkan PT Istaka Karya, perusahaan kontraktor yang mengerjakan proyek jalan trans-Papua. Menurutnya, Istaka kurang memperhatikan keselamatan karyawan atau pekerjanya. “Safety (keamanan) itu yang diutamakan. Jangan mengutamakan pekerjaan cepat selesai, perusahaan juga salah,” katanya.

Perusahaan yang mendapat pekerjaan di wilayah Papua, terutama di wilayah pegunungan, pun harus melibatkan masyarakat setempat. Bahkan, dia menyarankan Istaka membangun komunikasi dengan masyarakat setempat, sehingga mereka ikut menjamin keselamatan para pekerja.

“Masyarakat yang menjadi korban ini, kan, mereka mencari makan. Perusahaan juga harus utamakan keselamatan mereka. Jangan mau pekerjaan cepat selesai tepat waktu. Apalagi ini pekerjaan di tengah hutan,” ujarnya. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya