Eks Kepala BIN Ungkap Kekuatan Kelompok Separatis Papua
- VIVA.co.id/Banjir Ambarita
VIVA – Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso mengungkap peta kekuatan kelompok separatis Papua (KSP) yang selama ini menebar teror bagi warga sipil dan aparat keamanan. Kelompok ini juga yang menjadi dalang pembantaian 19 pekerja proyek Trans Papua pada Minggu, 2 Desember 2018 lalu.
Menurut pria yang akrab disapa Bang Yos, jumlah kelompok separatis di Papua ini tidak banyak. Mereka dibagi menjadi dua kelompok, pegunungan dan daratan. Di wilayah pegunungan, ada sekitar 25 kelompok yang kerap bergerilya di dalam hutan.
"25 kelompok ini disebutnya kodam-kodam, komando daerah perlawanan. Kekuatan mereka ada 685 kombatan dan hanya punya 232 senjata," kata Sutiyoso dalam perbincangan di Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne, Minggu 9 Desember 2018.
Bang Yos menyebut ratusan senjata api yang dimiliki kombatan Papua itu kalah modern dibanding senjata yang digunakan kombatan GAM di Aceh. Senjata separatis Papua ini hanya 28 yang standar dan 34 rakitan. Sisanya hanya pistol dan senjata yang sudah kuno.
"Kalau ada 1-2 dapat AK itu mereka ambil dari hasil nyerang pos-pos TNI," ujar mantan Wakil Danjen Kopassus itu.
Menurut Bang Yos, kekuatan separatis Papua itu jelas tak sebanding dengan jumlah militer RI. Bahkan untuk satuan elite atau pasukan khusus TNI, jumlah kelompok separatis Papua masih kalah jauh. "Satu kelompok (OPM) enggak lebih 30 orang. Kita punya Kopassus, Kostrad, Marinir, Paskhas. Kecil mereka itu kalau dalam satuan TNI," tegasnya.
Sementara kekuatan kelompok separatis Papua di daratan, lanjut Bang Yos, adalah simpatisan-simpatisan yang menyebar, tidak hanya di dalam negeri tapi juga banyak di luar negeri. Kendati ada pertentangan diantara kelompok pegunungan dan daratan, namun misi mereka tetap sama yakni separatisme.
"Kalau di luar negeri itu ada Benny Wenda, dia jelas ingin memisahkan diri dari NKRI," ucapnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu berharap pemerintah dapat melakukan pendekatan lunak atau soft approach kepada para kombatan Papua, mengajak untuk kembali ke NKRI. Tapi, pendekatan force power atau kekuatan militer tetap disiapkan sebagai alternatif.
"Saya sangat berharap pemerintah bisa soft power, kalau tidak mau ya hajar habis lah, tidak ada alternatif," tegas Bang Yos.
Sebelumnya, aparat gabungan TNI-Polri telah berhasil mengevakuasi 16 jenazah pekerja jembatan proyek jalan Trans Papua. Dari informasi resmi yang diterima aparat, ada 19 pekerja tewas korban pembantaian kelompok bersenjata, dan 1 korban dari anggota TNI atas nama Sersan Handoko. Dengan demikian total korban tewas berjumlah 20 orang.
OPM mengaku bertanggung jawab atas insiden penyerangan di Kabupaten Nduga. Salah satu petinggi OPM menyebut kelompok Egianus Kogoya yang berada di balik aksi tersebut.