Anak-anak Korban Gempa dan Tsunami Palu yang 'Kembali dari Ajal'
- bbc
"Saya tidak ingin orang-orang panik dan khawatir. Kami ingin mencari terlebih dahulu dan memberi mereka kabar yang lebih pasti," katanya.
Tetapi skala bencana yang begitu dahsyat membuat mereka tak mungkin menjaga rahasia itu.
"Kami melihat semuanya di televisi. Saya tidak bisa berkata-kata. Suami saya Iqbal langsung pergi ke Palu. Saya sendiri tinggal di sini untuk menjaga anak-anak saya yang lain," kata Susila, ibu Fikri.
Selfi Salilam sudah mencemaskan kematian Fikri. - BBC
Ketika Iqbal As Sywie, suami Susila, tiba di Palu dan mendapati kedua putranya hilang, dia sangat terpukul.
"Dia marah sekali," kata Selfi,
"Dia bilang, `mengapa tidak menjaga anak-anak baik?` Saya harus menenangkannya dengan mengatakan bahwa ini di luar kuasa kami. Bahwa jika Allah ingin mengambil mereka, kita harus menerimanya," lanjut Selfi.
Foto orang-orang hilang ditempel di berbagai tembok dan pohon di seantero Palu - Ulet Ifansasti
Mereka kemudian mendaftarkan Fikri ke posko yang didirikan di berbadai sudut Palu untuk mencatat anak-anak yang hilang.
Mereka juga memberikan wawancara kepada stasiun televisi lokal, dengan menyebut ciri-ciri bocah tersayang mereka.
Kabar baik
Paman Jumadil mengunggah foto sang bocah di halaman Facebook yang dibuat untuk para korban dan penyintas gempa dan tsunami Sulawesi Tengah, berharap dengan foto itu ada orang yang bisa mengenali ponakannya.
Dan itulah yang terjadi: seorang anak perempuan melihatnya dan yakin bahwa foto itu mirip sekali dengan anak yang sedang dirawat Sartini, ibunya.
Unggahan media sosial membantu Jumadil bertemu kembali keluarganya. - AFP
Sartini adalah perempuan yang merupakan isteri dari seorang pemuka agama di sana. Ia menemukan anak itu di sebuah kantor polisi sesudah terjadinya gempa.
Dia ingat bahwa saat ditemukan, anak itu terus menerus menangis sambil memanggil-manggil ibu dan ayahnya.
"Saya membujuknya dan mengatakan `ibu kamu sedang membeli susu buat kamu`," katanya kepada AFP pada saat itu. Dia berhasil menenangkannya, lalu merawatnya.
"Yang di Facebook itu adalah foto lama Jumadil - jadi pada awalnya (Sartini) tidak yakin apakah itu benar-benar dia," kata Susi Rahmatia ibunya.
"Tapi ketika mereka membaca rincian di unggahan itu tentang apa yang dia kenakan hari itu - kemeja bergaris merah dan celana yang dikencangkan dengan tali karena terlalu besar, tahulah mereka bahwa itu adalah Jumadil."
Tanda lahir di leher juga menegaskan bahwa itu memang Jumadil, sehingga pertemuan kembali dengan keluarga pun disiapkan.
"Saya tidak bisa tidur. Saya memikirkannya sepanjang malam, bertanya-tanya siapa yang menyelamatkan bocah kecil saya," kata Susi.