Ridwan Kamil Jawab Tuntutan soal Banjir: Saya Gubernur Baru Dua Bulan
- VIVA/Adi Suparman
VIVA – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjanjikan penanganan masalah banjir di Bandung Raya baru dimulai pada 2019. Karena itu, masyarakat diminta bersabar kalau masih banjir pada 2018.
Masalah pokoknya, kata Ridwan, ialah sedimentasi atau endapan lumpur di Sungai Citarum maupun Daerah Anak Sungai (DAS) ditambah cuaca ekstrem. Keberadaan kolam retensi dan tol air dinilai tidak menjamin Bandung dan sekitar aman dari ancaman banjir.
“Jadi mohon bersabar, kita sedang berikhtiar, berupaya; mudah-mudahan tahun depan ada progres (kemajuan penanganan banjir),” ujar Ridwan seusai meluncurkan program Pelajar Siaga Bencana di Yayasan Kharisma Darusalam, Kabupaten Karawang, Jumat, 23 November 2018.
Alokasi anggaran dengan jumlah besar dari pemerintah pusat difokuskan untuk menangani permasalahan banjir dan Citarum pada 2019. Nilainya mencapai ratusan miliar yang di antaranya, dipakai untuk mengatasi volume air di Citarum.
Ridwan menyadari permasalahan banjir di Bandung Raya dan beberapa daerah lain sebenarnya urusan lawas. Namun, dia memohon publik memaklumi bahwa penanganannya tak mudah dan perlu melibatkan banyak pihak, bahkan bukan melulu tanggung jawab pemerintah provinsi.
“Saya sebagai gubernur baru dua bulan. Penanganan banjir Bandung Raya ini, kan, lintas wilayah; saya harus kontrol di gunungnya, saya harus atur di hilirnya, di hulunya,” katanya.
Potensi banjir bandang
Pernyataan Ridwan Kamil merespons keterangan Kepala Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kota Bandung, Ferdi Ligaswara. Menurutnya, banyak endapan atau sedimentasi di Citarum sehingga berpotensi melonjakkan volume air.
“Sedimentasi ini banyak dipengaruhi numpuknya material, termasuk sampah, dan cekungan-cekungan ini sangat banyak. Ini akan ada lonjakan air,” ujar Ferdi di Bandung, Kamis, 22 November 2018.
Menurutnya, material dari kawasan sungai yang turun ke Kota Bandung terbawa dengan arus tinggi dan membentur cekungan-cekungan yang menyatu dengan lumpur. “Karena aliran sungai itu tidak hanya air tapi dominan material-material, bongkahan-bongkahan, yang terbawa arus disertai lumpur sehingga terjadi sedimentasi di titik-titik cekung,” katanya.
Bahkan, Ferdi tak memungkiri potensi banjir bandang sangat terbuka kembali menerjang ke Kota Bandung. “Penetrasi keras ini juga akan menimbulkan longsor di DAS maupun DAK karena penetrasinya kuat," tuturnya.