Menteri LHK Prihatin Kasus Tewasnya Paus karena Telan Sampah Plastik
- VIVA/Sadam Maulana
VIVA –  Penemuan bangkai seekor ikan Paus dengan panjang 9,5 meter di perairan Desa Kapota, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada Senin lalu, 19 November 2018, membuat masyarakat gempar.
Apalagi, bangkai ikan Paus jenis Sperm Wale itu menimbulkan bau yang menyengat dan ditemukan sekitar enam kilogram sampah plastik di dalam perut Paus.
Penemuan bangkai paus yang mati karena diduga menelan sampah ini juga mendapat perhatian serius Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Menteri LHK, Siti Nurbaya meminta agar bangkai paus segera diteliti untuk mencari tahu penyebab kematiannya.
"Berdasarkan laporan dari Balai Lingkungan Hidup di Pulau Wakatobi, penyebab kematian segera diteliti oleh Akademi Perikanan dan Kelautan. Memang, ada sekitar enam kilogram sampah dalam perut paus. Itu cukup signifikan," kata Siti di Palembang, Rabu 21 November 2018.
Menurut Siti, penelitian temuan itu harus benar-benar dilakukan, agar mengetahui apakah karena sampah ini yang menyebabkan matinya paus tersebut atau karena masalah lain.
"Teorinya, paus kan makan ubur-ubur. Karena sampah bening dikira ubur-ubur, sampah itu dimakan juga. Inilah yang harus diteliti," ujarnya.
Dia menyebutkan, sampah itu asalnya dari darat, bahkan 80 persen dari darat. Karenanya, disebut sampah laut bukan sampah dari laut. Karena itu, harus ada penanganan dari hulu dan hilir.
Penanganan itu, kata dia, dilakukan mulai dari sungai. Seperti di Palembang yang termasuk dari 26 kota di Indonesia yang menjadi prioritas kebersihan sampah sungai dan pantai.
Hal itu, karena Pemerintah Kota Palembang yang termasuk rajin dalam hal pemeliharaan lingkungan dan kebersihan sungai. Ini akan lebih diintensifkan lagi kebersihannya.
"Kita sudah teliti di 18 kota, saya sudah minta Dirjen untuk cek kondisi sungai dan hasilnya bagus. Tapi saya rasa kurang, perlu lebih banyak sungai lagi," ujarnya.
"Rencananya, 2025 nanti sudah bisa ditangani permasalahan sampah baik di sungai dan di laut. Memang, sebetulnya sampah kita sekitar sembilan juta ton jumlahnya dan harus ditangani," ujarnya.