Anak, Menantu dan Dua Cucu Idariana Jadi Korban Lion Air JT-610
- VIVA/Bayu Nugraha
VIVA – Idariana (48 tahun), warga Bangka, terlihat tegar mendapati kenyataan anak, menantu dan kedua cucunya menjadi korban kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 di perairan Karawang, Jawa Barat.
Anaknya bernama Resti Amelia (27 tahun). Menantunya bernama Daniel Suharja Wijaya (30 tahun) dan kedua cucunya bernama Radhika Widjaya (4 tahun) serta Rafheza Widjaya (1,9 tahun).
Jenazah keempat orang itu berhasil diidentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI). Jenazah anaknya bernama Resti teridentifikasi pada Senin, 5 November 2018. Menantunya, Daniel, teridentifikasi pada Selasa, 6 November dan kedua cucunya teridentifikasi kemarin.
Ia mengaku sedih mendapati kenyataannya bahwa keluarga anaknya semuanya menjadi korban. Namun ia lega karena keempatnya sudah ditemukan oleh tim evakuasi. "Duka tetap ada tapi bahagia sebab keempatnya sudah dapat (ketemu)," kata Idariana di Rumah Sakit Polri, Jakarta, Rabu, 7 November 2018.
Jenazah kedua cucunya akan dibawa ke Bangka pada Kamis pagi. Kedua cucunya akan dimakamkan berdampingan dengan anaknya bernama Resti di dekat perkebunan miliknya. Kebetulan dia memang mempunyai kebun karet dan sawit.
Dia mengucapkan terima kasih kepada tim SAR yang menemukan jenazah anak, menantu dan kedua cucunya. Selama proses evakuasi, ia pun berdoa agar keempatnya cepat ditemukan dan agar dimakamkan dengan layak.
"Ini mukjizat buat saya. Dari hampir 200 korban, anak menantu dan kedua cucu saya sudah ditemukan. Padahal masih banyak anggota keluarga yang hanya satu dan dua belum ditemukan," katanya.
Sambil meneteskan air mata dan sedikit terbata-bata, ia menceritakan kedekatan dengan kedua cucunya. Bahkan, ia sering mengajak kedua cucunya ke kebun saat dia bekerja.
"Saya masih sedih karena belum puas bermain sama cucuku," ujarnya sambil terisak-isak.
Sang menantu, katanya, memang selalu mengajak anak dan kedua cucunya ke Jakarta. Daniel, yang bekerja di Pertamina, memang sering mengunjungi keluarga di Jakarta. Anaknya yang bekerja sebagai pedagang memang selalu ikut beserta kedua cucunya.
Dia sempat mengungkapkan kekhawatiran karena seringnya menantu, anak dan kedua cucunya ke Jakarta menggunakan pesawat.
"Saya pernah bilang jangan sering-sering ke Jakarta. Memang tak takut dengan kejadian pesawat jatuh. Tapi dia selalu bilang, kalau ajal duduk pun bisa meninggal," ujarnya yang tak bisa berbahasa Indonesia dengan baik.
Mengenai uang santunan, ia pun menegaskan, berapa pun besarnya santunan tak bisa mengganti nyawa anak, menantu dan kedua cucunya.
Dengan ditemukannya seluruh keluarganya, rencananya ia ikut pulang bersama jenazah kedua cucunya pada besok. Sudah sembilan hari dia berada di Jakarta dan menunggu kepastian jenazah anak, menantu dan kedua cucunya ditemukan.