Bertani di Perkotaan Mulai Banyak Dilakukan di Indonesia
- abc
Media tanam hidroponik dari susunan pipa PVC yang berjejer di sepanjang areal kebun bersama itu ditanami berbagai jenis sayuran ada seperti kangkung, sawi hingga sayuran kaya zat nutrisi seperti kale. Hasil dari kebun hidroponik milk warga ini bahkan diminati sejumlah hotel dan supermarket.
"Beberapa hotel dan supermarket permintaannya luar biasa, bahkan supermarket maunya 2 hari sekali dikirimi sayuran dari kebun hidroponik kita. Tapi petaninya tidak sanggup, karena meski peralatan kita ada tapi karena tenaga petaninya masih terbatas dan skala kebun hidroponik kita juga masih kecil jadi sulit untuk bisa panen secara kontinyu. Jadi sekarang kita pasok kalau panen saja," tambah Sri Hatmo.
Belum jadi solusi kemandirian pangan
Kegiatan bercocok tanam yang dilakukan warga di Cempaka Putih Timur kini telah menjadi proyek percontohan bagi program urban farming di ibukota. Pemerintah DKI kini tengah menggiatkan program serupa di berbagai kawasan lain melalui program Gang Hijau.
Program ini mengharuskan warga menanam tumbuh-tumbuhan berupa sayur-mayur, buah atau tanaman obat yang hasilnya bisa dijual oleh warga yang bertani.
Namun geliat kesadaran warga dan pemerintah untuk Bertani di ibu kota ini menurut aktivis kemandirian pangan dari organisasi Persatuan Indonesia Berseru, Tejo Wahyu Jatmiko masih jauh dari cukup untuk bisa menciptakan kemandirian pangan warga di perkotaan.
"Ini masih sekedar tren ya, data yang saya punya urban farming sifatnya belum meluas, kalau pun sudah ada digelar di banyak kota itu sifatnya masih titik-titik kawasan tertentu saja. Urban farming yang bagus itu idealnya menjadi bagian dari komunitas, sehingga minimal mereka bisa memenuhi sebagian kebutuhan pangan mereka sendiri sehari-hari,"