Jatim Atasi Hoax dan Tak Terpancing Provokasi, Kapolda Bagi Rahasia
- VIVA/Nur Faishal
VIVA – Provinsi Jawa Timur terbilang kondusif di tengah riuh isu sensitif dan provokatif menjelang Pemilihan Presiden 2019. Tidak terjadi gesekan yang berarti atau reaksi berlebihan atas isu dan ujaran yang berseliweran di media sosial, termasuk ketika panas-panasnya isu pembakaran bendera mirip panji Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI di Garut beberapa waktu lalu.
Setidaknya ada dua faktor kondusivitas Jawa Timur masih terjaga. Pertama disebutkan adalah kesadaran warga. Mayoritas warga Jatim adalah warga Nahdlatul Ulama atau NU, setelah itu Muhammadiyah. Namun, dua elemen organisasi masyarakat ini tidak gampang tersulut.
Termasuk kala riuh pembakaran bendera mirip punya HTI oleh Banser terjadi di Garut, Jawa Barat, pekan lalu. Ketua Tanfidziyah NU Jatim, KH Marzuki Mustamar mengimbau warganya agar tidak ikut-ikutan dengan apa yang terjadi di Garut.
"Kita percayakan ke aparat kepolisian untuk menanganinya," kata KH Marzuki pekan lalu.
Faktor kedua adalah cepatnya antisipasi aparat meredam isu atau gejala gesekan. Kapolda Jatim, Inspektur Jenderal Polisi Luki Hermawan rutin mengundang berbagai elemen masyarakat untuk berdiskusi tentang situasi dan kondisi sosial sekaligus mencari solusi bersama.
Diskusi digelar dengan cara santai model cangkrukan. Seperti saat ramai kontroversi pembebasan tarif Jembatan Suramadu oleh Presiden Joko Widodo, Kapolda Luki langsung mengundang tokoh dan ulama Madura atau Aliansi Ulama Madura (Auma) untuk bersilaturahim dan berdiskusi.
"Saya juga berpesan kepada para ulama agar tidak langsung percaya terkait pemberitaan yang belum pasti kebenarannya atau hoax dan ujaran kebencian yang saat ini menjadi alat dengan membawa agama untuk memprovokasi serta memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa," kata Luki.
Tidak hanya mengundang para tokoh, kapolda juga mengatakan, membiasakan sowan ke ulama di Jatim. Pada Rabu, 31 Oktober 2018, Luki bersilaturahim dengan ulama dan santri di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Kabupaten Ponorogo. Di sana, dia disambut sang pengasuh pesantren, KH Abdullah Sahal.
"Saya berharap dengan bersatunya Polri bersama ulama, wilayah Provinsi Jawa Timur seluruhnya akan tetap kondusif tanpa ada perpecahan," kata Luki.