Riset JPMI: Abdul Somad hingga Anindra Bakrie Calon Pemimpin 2024
- ANTARA Foto/Feny Selly
VIVA – Di usianya yang ke-90 Sumpah Pemuda, bangsa ini menghadapi tahun-tahun politik yang penuh dengan cobaan dan tantangan sangat luar biasa. Problem kesejahteraan dan pemerataan serta keadilan sosial masih menjadi isu utama.
Selain itu, penegakan hukum masih kurang konsisten. Begitu juga dengan reformasi birokrasi dan pelayanan publik juga masih terus berjuang untuk menjadi yang lebih baik. Bahkan institusi dan kelembagaan demokrasi serta partisipasi politik, masih jauh dari kokoh dan ideal.
''Semua itu terjadi karena salah satu problem utamanya, adalah masih kuatnya oligarki dan dominasi serta kesenjangan sosial ekonomi politik,'' kata Ridha Kusnawati, penggiat digital kreatif sekaligus peneliti Jaringan Muda Produktif Indonesia (JMPI) di Yogyakarta, Minggu, 28 Oktober 2018.
Berkaitan dengan itu, maka proses regenerasi politik perlu kiranya saat ini anak muda menyuarakan dan mendesak ide-ide perbaikan serta aksi-aksi inovatif yang mampu menggugah kesadaran untuk bergerak sekaligus mendorong agenda-agenda politik, ekonomi dan budaya secara lebih transformatif.
''Untuk itu, kami Jaringan Muda Produktif Indonesia (JMPI) mencoba menawarkan sejumlah nilai dan kriteria atau indokator, serta nama pemimpin-pemimpin anak muda potensial yang mampu membawa semangat baru,'' kata Ridha dengan didampingi Juru Bicara Subkhi Ridho, MA, PhD dan Dr Lukas Suryanto Ispandriarna MA, Dosen Fisipol Universitas Atmajaya, Yogyakarta.
''Agar Indonesia menjadi lebih baik, lebih guyub, dan lebih responsif terhadap kemajuan, bukan sebagai penonton namun sebagai pemain utama atau pemimpin. Untuk itu, dari hasil penelitian kami (JMPI) ada sekitar 15 sampai 16 nama generasi milenial yang muncul untuk menjadi pemimpin pada 2024 mendatang,'' katanya.
Mereka itu, antara lain Abdul Somad, Ketua Ansor Gus Yakut, Romahurmuzi, Emil Dardak, Hanafi Rais, AHY (Agus Harimurti Yudhoyono), Dimas Oky Nugraha, Grace Natalie, Sabrang Mowo Damar Panuluh, Najwa Shihab, Fadly Amar Raja Sapta Okthari, Anindra Bakrie dan masih ada lagi lainnya.
Nama-nama yang ditawarkan tersebut, lanjut dia, merupakan anak muda potensial yang mampu membawa semangat baru, sehingga Indonesia bisa menjadi lebih baik, lebih guyub, dan lebih responsif terhadap kemajuan.
Menurut Subkhi Ridho, kegaduhan politik yang terjadi akhir-akhir ini jangan sampai membuat pesimis, bahkan membekukan suara anak muda. Apalagi, kata dia, jumlah anak muda yang jumlahnya mencapai sekitar 86 juta tidak boleh dinafikkan oleh kekuatan politik apa pun dan hanya menjadi anak muda pelengkap atau penonton semata.
''Mereka harus diberi kepercayaan dan kesempatan untuk ikut mengambil keputusan dan memimpin masyarakatnya,'' katanya.
Oleh karena itu, melalui riset ini JMPI ingin menyampaikan kepada publik mengenai sekelompok anak muda kreatif, inovatif, berani berkarya, berani mengambil keputusan dan berani memulai aksi yang positif.
Sementara itu, Dr Lukas Suryanto Ispandriarna MA, Dosen Fisipol Universitas Atmajaya, Yogyakarta, mengatakan pendidikan politik bagi generasi milenia yang muncul masih anak-anak muda yang muncul karena orang tuanya. Hal ini menunjukkan masih kuatnya oligarki. (ase)