Emil Salim: 7.500 Tanaman Obat Ada di Indonesia

Emil Salim di UI
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA – Posisi Indonesia yang berada di garis khatulistiwa memiliki keuntungan sebagai negara tropis. Indonesia kaya dengan sumber daya hayati yang berlimpah atau biasa disebut dengan Megabiodiversity. 

Kedekatan Eman Suherman dengan Kiai Dinilai Jadi Modal Pimpin Majalengka

Hal itu dikemukakan pakar lingkungan hidup Emil Salim di Gedung Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Rabu, 24 Oktober 2018. 

Emil mengatakan, kondisi ini menjadi daya tarik bagi berbagai pihak, terutama para peneliti asing. Menurut dia, lebih dari 17.500 pulau yang ada di Indonesia memiliki koleksi beragam flora dan fauna.

DPR Sahkan RUU Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem Jadi UU, Ini Poin yang Diubah

"Untuk tanaman obat saja ada sekitar 7.500 jenis, baik yang sudah dimanfaatkan atau pun belum. Bila kekayaan ini dapat dikembangkan secara optimal akan menjadi penggerak ekonomi masyarakat," ujarnya.

Dia mengatakan, hingga saat ini belum semua sumber daya hayati dikembangkan dengan baik. Dalam beberapa kasus karena ketidaktahuan, ada beberapa sumber daya hayati yang punah.

Ungkap Potensi Kaltim, Pj Gubernur Akmal Malik Optimis dengan Pembangunan IKN

Tanaman Obat Tembelekan (Lantana Camara L)

Dengan minimnya konservasi genetik, teknologi pertanian yang tumbuh cepat, tidak mengimbangi upaya perlindungan kepada plasma nutfah. 

Mantan menteri Lingkungan Hidup itu pun berharap ada upaya perlindungan dari pemerintah, terhadap kekayaan sumber daya genetik (SDG). 
 
"Bisa diawali dengan dokumentasi dan pendataan baik. Selanjutnya, ada juga keberagaman pendekatan dalam melakukan pelestarian, pemanfaatan, perlindungan biofisik serta perlindungan hukum dalam pemanfaatan SDG," ujarnya.

Varietas Lokal

Staf Ahli Menteri Bidang Perdagangan dan Kerja Sama Internasional, Mat Syukur, mengatakan, varietas lokal sangat penting untuk kegiatan ekonomi masyarakat dan sebagai identitas Indonesia. 

Varietas lokal juga memiliki peran penting dalam perakitan varietas unggul baru, sekaligus upaya penyelamatan plasma nutfah yang ada. 

Kopi gayo

"Upaya penyelamatan dan pengembangan varietas lokal serta plasma nutfah juga memerlukan ekosistem yang sesuai dan butuh dukungan dari masyarakat lokal," ujarnya di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Rabu, 24 Oktober 2018  

Pemerintah daerah dan masyarakat diharapkan dapat berupaya untuk merumuskan pola-pola pemanfaatan varietas lokal. Menurut dia, pelestarian varietas lokal tidak cukup hanya dengan mendaftarkannya, namun yang lebih penting adalah mengembangkannya, sejalan dengan potensi ekonomi daerah.

"Terutamanya untuk pengembangan kuliner dan menjadi tujuan wisata spesifik lokasi," ujarnya.

Sudah banyak daerah di Indonesia yang menjadikan varietas lokal sebagai indikasi geografis, serta menjadi ikon daya tarik dalam pengembangan pariwisata dan kegiatan ekonomi daerah. 

Di antaranya Kopi Gayo, Beras Cianjur, Beras Solok. Varietas-varietas lokal tersebut sudah menjadi sumber pengembangan ekonomi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya