Pemkab Samosir Tawarkan Home Schooling bagi 3 Bocah Terjangkit HIV
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
VIVA – Pemerintah Kabupaten Samosir menawarkan langkah-langkah solusi dan saran kepada Komite AIDS HKBP selaku pihak yang menangani ketiga bocah terjangkit penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV). Namun, Komite itu tidak menerima hal tersebut.
"Itulah HKBP memaksakan kemauannya. Kalau dari sisi aturan sebenarnya mereka sudah salah. Salahnya apa? Ada Rumah Sakit HKBP di Nainggolan itu hanya menampung untuk panti jompo tapi sekarang di situ dirawat anak-anak yang terpapar HIV itu," ujar Bupati Samosir, Rapidin Simbolon kepada wartawan di Medan, Selasa, 23 Oktober 2018.
Rapidin mengungkapkan, pihak Komite AIDS HKBP tetap bersikeras ketiga anak itu tetap sekolah seperti biasa di sekolah. Namun hal itu, ditolak oleh masyarakat sekitar. Dengan alasan, ketakutan penyakit ketiga bocah itu menular ke anak-anak lainnya.
"Kita tawarkan kepada pihak HKBP yang mengasuh anak-anak terpapar HIV ini. Kita buat home schooling istilahnya. Tapi HKBP memaksakan harus anak-anak itu bergabung dengan anak-anak yang tidak terpapar HIV," ujar Rapidin.
Bukan hanya soal keamanan para bocah pengidap HIV dan solusi penyelesaian polemik, Rapidin mengungkapkan, pihaknya juga memberikan bantuan kepada Komite AIDS HKBP melalui Dana Hibah Pemkab Samosir untuk membantu ketiga bocah tersebut.
Ia menyayangkan, keterangan yang disampaikan Komite AIDS HKBP terkait Pemkab Samosir disebut-sebut menyarankan agar anak-anak pengidap HIV di Nainggolan untuk keluar dari Samosir. Ia dengan tegas menyatakan hoax. Sebaliknya, Pemkab Samosir melindungi dengan atas nama kemanusiaan.
"Kami sudah berikan dana hibah Rp28 juta. Jadi pemerintah daerah juga bertanggungjawab. Kita sudah berikan dana hibah itu perhatian kami. Ini kan hoax yang dibilang HKBP itu, artinya mengusirlah. Buktinya sampai sekarang masih di sana (Kabupaten Samosir)," ujar Rapidin.
Diberitakan sebelumnya, tiga anak pengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV) dilarang untuk bersekolah. Hal ini karena ada ketakutan masyarakat bila penyakit ketiga anak tersebut akan menular ke siswa lain saat belajar-mengajar.
Ketiga bocah itu merupakan warga di Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Mereka diminta warga sekitar untuk angkat kaki dari kampung mereka itu. Dari tiga anak itu, satu orang bersekolah di PAUD dan dua orang di SD.