Para Santri Diminta Buat Resolusi ke Jokowi
- VIVA/Lucky Aditya
VIVA – Pencetus Hari Santri Thoriq Darwis berharap peringatan hari itu tidak hanya bersifat seremonial. Santri harus mengambil peran terutama menjelang pemilihan umum 2019. Dia mengusulkan agar para santri membuat semacam pernyataan sikap atau resolusi tentang macam-macam persoalan bangsa dan negara.Â
"Santri harus membuat resolusi, berisi jawaban atas persoalan kondisi bangsa. Setelah itu resolusi diberikan kepada Presiden Joko Widodo untuk ditindaklanjuti," kata Thoriq di Malang, Jawa Timur, pada Senin, 22 Oktober 2018,Â
Santri, katanya, harus mengambil peran di tahun politik 2019. Sebab tahun itu rawan gesekan antarmasyarakat sehingga santri diharapkan menjadi penengah. Dia mengusulkan juga dirumuskan doa khusus yang seragam, Selawat Indonesia, agar tidak dipolitisasi oleh orang-orang yang berkepentingan.
Selawat Indonesia tetap berisi bacaan selawat dengan ditambahi doa untuk Indonesia. Beberapa persoalan bangsa akan diikutkan dalam doa Selawat Indonesia agar permasalahan bangsa dapat terselesaikan.
"Selawat harus dibumikan, seperti kita mendoakan agar korupsi di Indonesia sirna. Setiap ada kegiatan doa itu dibacakan, cukup singkat dan padat saja," ujar Thoriq.
Thoriq mengingatkan bangsa Indonesia merdeka berkat pertolongan Allah. Sebab itu, dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dituliskan atas berkat rahmat Allah. Dia mengajak masyarakat agar tidak melupakan Allah setelah diberi kemerdekaan atas penjajahan.
Selain itu, dalam perkembangan zaman peringatan Hari Santri harus memberi manfaat bagi masyarakat. Dia menggagas Hari Santri sejak tahun 2009 bersama 106 pengasuh pesantren di Malang. Pada tahun 2012, pimpinan pusat NU merekomendasikan Hari Santri kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Namun Hari Santri baru disahkan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2015 dan resmi diperingati setiap 22 Oktober. Menurut Thoriq, perjuangan Indonesia untuk merdeka tidak bisa dilepaskan dari peran para santri, terutama Resolusi Jihad yang dicetuskan Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama. (ren)