Gatot: Jenderal AD Bisa Dibunuh Karakternya, Diganti Pemimpin Lucu
- ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
VIVA – Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menegaskan pemutaran film Pengkhianatan G30S/PKI penting karena untuk mengingatkan anak bangsa ini mengenai sejarah kelam di masa lalu. Menurutnya, apabila tidak diingatkan lagi, sejarah bisa berulang.
Dalam kesempatan wawancara di tvOne, Minggu, 30 September 2018, Gatot pun mengutip buku karya ilmuwan Cekoslowakia, Victor M. Fic, berjudul Kudeta 1 Oktober 1965, sebuah studi tentang konspirasi. Di dalam buku itu, terdapat dialog antara Ketua Comite Central PKI, dan pemimpin Komunis China, Mao Tse Tsung.
"Ada komunikasi, Aidit pada 5 Agustus 1965 bertemu Mao Tse Tsung," kata Gatot.
Berikut kutipan dalam buku itu yang ditirukan Gatot:
"Bung Karno dalam kondisi kritis. Apabila ada perebutan kekuasaan dengan AD, kamu harus bertindak cepat. Dengarkan nasihat saya, bunuh para jenderalnya, perwira Angkatan Darat akan jadi naga yang tanpa kepala, dan akan mengikuti kamu," kata Mao kepada Aidit.
"Jadi kami harus membunuh ratusan jenderal," jawab Aidit.
"Di Shensi Utara, saya membunuh 20 ribu kader sekali pukul," kata Mao.
Dari dialog itu, Gatot menyimpulkan ada kesepakatan antara Mao dengan Aidit soal rencana membunuh para jenderal Angkatan Darat. Dia pun mengingatkan kejadian yang serupa itu bisa saja terjadi di masa yang akan datang.
"Itu tahun 65, bisa kejadian seperti itu terulang lagi dengan cara lain. Jenderal Angkatan Darat dibunuh karakternya, diganti pemimpin yang lucu-lucu. Kita harus waspada," kata Gatot.
Seperti tahun-tahun belakangan ini, polemik soal pemutaran film G30S/PKI kembali muncul. Namun, film tersebut sebenarnya sudah tidak diputar lagi sejak tahun 1998.
Film tersebut mengisahkan kekejaman PKI saat menjalankan rencana mengkudeta Presiden Soekarno. Dalam upaya makar itu, mereka disebutkan melakukan penculikan dan pembunuhan sejumlah jenderal Angkatan Darat termasuk Panglima AD kala itu, Letnan Jenderal Ahmad Yani. (ren)