Ketika Sampah Plastik Kresek Diubah Jadi Bahan Pembuatan Aspal
- bbc
Salah satu bank sampah yang diberdayakan adalah Dhuawar Sejahtera yang terletak di Dusun Kroco, Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih. Tempat itu terpilih menjadi bank sampah induk pengelola limbah plastik kresek.
Di bangunan berukuran 6 X 12 meter tersebut semua limbah plastik kresek dari semua sekolah di Kulonprogo dicacah menjadi kecil-kecil yang nantinya menjadi bahan campuran aspal.
Dari luar, Bank Sampah Dhuawar Sejahtera terlihat sepi. Beberapa karung sampah tergeletak di depannya. Ketika mendekatinya, suara bising mesin terdengar menderu-deru.
Dari teralis bangunan, tampak seorang lelaki mengenakan masker berwarna hijau. Tangan kanannya sibuk memasukkan plastik kresek ke dalam sebuah mesin, sementara tangan kirinya memegang tuas mesin.
"Ini mesin pencacah plastik," kata Saridjan, 47, sambil membetulkan masker yang dikenakannya.
Saridjan adalah tenaga operasional di Bank Sampah Induk Dhuawar Sejahtera. Siang itu dia bertugas mengoperasikan mesin pencacah plastik kresek bersama seorang temannya, Jemiyo, 50.
Seorang perempuan yang memperkenalkan dirinya sebagai Febriyanti menjelaskan aktivitas bank sampah yang dikelolanya itu.
Febriyanti mengaku mengerjakan progam aspal dengan campuran plastik kresek sejak awal bulan lalu. Sudah ada sekitar satu ton sampah plastik kresek yang dia terima. Sampah itu dia dapatkan dari semua sekolah di seluruh Kulonprogo.
"Tahap pertama kemarin pada akhir Agustus dan awal September, ada sekitar satu ton sampah plastik kotor," katanya.
Dari sekolah, sampah itu dikumpulkan di Unit Pelayanan Terpadu Daerah (UPTD) setiap kecamatan. Sampah lalu dibawa ke Bank Sampah terdekat untuk ditimbang.
Setelah dicatat timbangannya dalam tabungan sampah, baru dikirimkan ke Bank Sampah Induk Dhuawar Sejahtera yang dipimpinnya untuk dipilah dan diolah menjadi kecil-kecil.