Logo ABC

93 Juta Batang Sedotan Plastik Dipakai di Indonesia Setiap Hari

Ocean Conservancy menyebut sampah sedotan plastik sekali pakai merupakan satu dari 10 jenis sampah yang paling sering ditemukan di pantai dan lautan dunia setelah kantong plastik kemasan dan beberapa jenis sampah lainnya. 
Ocean Conservancy menyebut sampah sedotan plastik sekali pakai merupakan satu dari 10 jenis sampah yang paling sering ditemukan di pantai dan lautan dunia setelah kantong plastik kemasan dan beberapa jenis sampah lainnya. 
Sumber :
  • abc

Mereka memilih menggunakan bambu buluh yang berdiameter kecil sebagai bahan utama sedotan mereka.

"Sedotan bambu buluh jika dirawati dengan baik, artinya dibersihkan dengan sikatnya dan dikeringkan itu minimum bisa bertahan 3 bulan atau maksimal 6 bulan." kata pendiri Griya Luhu, Mandhara Brasika.

Pria yang akrab disapa Nara itu menurutkan, awalnya sedotan bambu yang mereka buat hanya ditujukan sebagai barang souvenir dalam kegiatan mereka.

Namun sejak setahun terakhir sedotan tersebut banyak diminati pengelola hotel dan restoran di Pulau Dewata dan sejumlah kota lainnya.

"Karena Bali daerah wisata dan banyak tamu yang datang itu bule, mereka sudah paham bahaya limbah sedotan plastik dan sering menolak atau meminta sedotan pakai ulang. Jadi ketika tahu ada sedotan bambu pemilik dan pengelola hotel banyak memesan baik untuk digunakan di tempat mereka maupun untuk souvenir," tuturnya.

Bahan baku yang melimpah dan proses pembuatan yang sederhana membuat harga sedotan dari bambu buluh lebih terjangkau bagi pemilik hotel dan rumah makan lokal ketimbang mereka menyediakan sedotan pakai ulang dari steinless steel atau kaca untuk memenuhi tuntutan tamu mereka.

Walhasil dalam waktu tidak terlalu lama, Griya luhu juga mulai kebanjiran pesanan.

Bermula dari hanya 100 buah sedotan saja, kini menurut Mandara komunitasnya bisa memproduksi lebih dari 1000 – 2000 buah sedotan bambu setiap bulan.

"Kita berharap pemerintah turun tangan dengan menghentikan penuh distribusi sedotan plastik sekali pakai."

"Itu solusi yang lebih mudah dan polusi limbah plastik di perairan sudah sangat mendesak untuk disikapi. Apalagi sekarang sudah banyak alternatif yang bisa dipilih warga." katanya.