93 Juta Batang Sedotan Plastik Dipakai di Indonesia Setiap Hari
- abc
Dan remahan plastik atau mikroplastik dari sedotan yang masuk ke lautan akan dimakan binatang laut yang akhirnya akan dikonsumsi manusia.
"Semua bisa terlibat karena caranya sesederhana bilang ‘Saya tidak mau pakai sedotan plastik’. Sama seperti bilang saya gak pakai sambal atau yang lain. Alternatifnya mereka bisa pakai sedotan pakai ulang atau cara tradisional langsung saja minum dari gelas," tegasnya.
Gerakan ini juga mengajak para pelaku industri untuk peduli dengan dampak lingkungan dari sedotan plastik dengan tidak lagi menyediakan sedotan plastik.
Jika diawal, gerakan ini hanya berhasil menggandeng satu perusahaan waralaba makanan cepat saji terbesar di Indonesia untuk berkomitmen tidak menyediakan lagi sedotan plastik di jaringan gerai mereka, saat ini sudah ada 4 perusahaan multinasional lain yang ikut bergabung disamping pemilik usaha kecil dan menengah lokal yang mereka edukasi di sejumlah tempat.
Risya Nuria Ikhsyania, pemilik Maraca Cafe di Bogor mengaku sebelum memutuskan tidak menyediakan sedotan plastik, cafenya menggunakan sekitar seribu sedotan plastik per minggunya.
ABC, Iffah Nur Arifah
Dan ibarat virus yang terus menyebar, gerakan anti sedotan plastik ini terus meluas dan kini semakin banyak café atau rumah makan yang mengikuti inisiatif tersebut.
Seperti yang dilakukan Maraca Café di Kota Hujan, Bogor, yang sejak 3 bulan terakhir tidak lagi menyediakan sedotan plastik di café mereka yang teduh di Jalan Jalak Harupat, Bogor.
Risya Nuria Ikhsyania, pemilik café mengatakan ini merupakan langkah sederhana yang bisa dilakukannya sebagai pelaku usaha dalam menyikapi temuan Indonesia sebagai penyumbang sampah plastik terbanyak di dunia.
"Orang mikirnya saya cuma pakai 1 sedotan, itu sedikit. Tapi kami sebagai pelaku industri tahu berapa banyak sedotan yang kami gunakan. Sebelumnya Café saya seminggu itu bisa pakai lebih dari 1000 sedotan. Saya berpikir, berapa ribu sampah sedotan plastik yang sudah kami hasilkan sejak café ini buka," tuturnya.
Meski beberapa konsumennya sempat mengeluh tidak disediakan sedotan, namun Risya mengaku sejauh ini omsetnya tidak berkurang.