Mengintip Tradisi Penyucian Keris di Malam Satu Suro
- VIVA.co.id/Nur Faishal
VIVA – Tahun Baru Islam 1 Muharam dalam tradisi Jawa, dikenal dengan Malam 1 Suro atau Suroan. Di malam Suro itulah, biasanya para pencinta pusaka macam keris dan tombak melakukan ritual ngumbah gaman.
Dalam pemahaman umum, ngumbah gaman ialah membersihkan atau memandikan atau menyucikan benda pusaka.
Budi Mulyono (40 tahun), warga Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, Jawa Timur, contohnya. Pria kelahiran Magetan itu adalah kolektor pusaka keris. Lebih dari lima keris dan tombak leluhur dia punya. Ada tombak era Kerajaan Singasari, ada keris Sabuk Inten pamor Sekar Manggar era Majapahit.
Ada pula keris pamor es era Mataram, keris Kyai Sengkelat era Majapahit, keris Mardikan pamor bulu ayam, hingga keris kecil Semar Mesem.
"Ada juga saya punya Keris Betok, itu katanya dibuat tindih. Kalau punya lebih dari lima keris pusaka, harus punya keris betok," kata Budi, ditemui VIVA, saat ngumbah gaman 1 Suro di rumahnya pada Selasa dini hari, 11 September 2018.
Budi mengaku, rutin melaksanakan ritual ngumbah gaman setiap malam 1 Suro. Dia memasrahkan keperluan ritual pusakanya itu kepada ahli yang dia percaya, Slamet.
"Ada banyak koleksi Pak Budi. Ini tadi ngumbah gaman mulai jam sebelas malam (Senin malam) sampai setengah tiga (Selasa dini hari)," kata Slamet.
Slamet menjelaskan, proses penyucian atau penjamasan keris, sebetulnya tak sulit-sulit amat, tergantung kebiasaan dan perawatan si empunya. Bahannya juga tidak sukar. Cukup jeruk pecel, sabun, dan warangan cair. Mantra-mantra khusus, tentu saja dirapalkan. "Ada mantra khusus," ujarnya.
Pertama yang dilakukan saat penjamasan ialah pemutihan. Tahap ini adalah menghilangkan karat-karat atau minyak bekas perawatan sebelumnya yang masih menempel di batang besi pusaka. Pada tahap ini, jeruk pecel, dan sabun digunakan. "Setelah pemutihan, baru penyucian dengan bahan warangan," tutur Slamet.
Pada kesempatan itu, VIVA juga berkesempatan menyaksikan Slamet dan Budi membuat keris-keris yang selesai disucikan berdiri tanpa dipegang atau penyanggah. Slamet mengatakan, soal keris berdiri sendiri sebetulnya lebih pada keseimbangan batang keris dan konsentrasi. "Diperlukan konsentrasi untuk membuat keris-keris berdiri," ucap pria kelahiran Trenggalek itu.