Tahun Politik, Waspadai ISIS dan Generasi Milenial Al-Qaeda

Sejumlah anggota Densus 88 bersiaga di lokasi penggerebekan teroris beberapa waktu silam. (Ilustrasi)
Sumber :
  • REUTERS/Sigit Pamungkas

VIVA - Mantan Alumni Pelatihan Militer Afghanistan yang juga Ketua Forum Komunikasi Alumni Afghanistan Indonesia Ahmad Sajuli mengingatkan dalam konteks Indonesia, "jihadis" lokal melihat negeri ini ada di ambang konflik komunal. Peluang bentrokan bisa dimulai dengan memanfaatkan tagar #2019GantiPresiden.

8 Anggota NII Ditangkap, Ken Setiawan: Ancaman NII Tak Pernah Hilang

"Chaos adalah peluang bagi jihadis untuk mengambil peran. Mereka mendambakan chaos di suatu negara," kata Sajuli, melalui keterangan tertulis, Sabtu, 8 September 2018.

Dia menuturkan kelompok antirezim saat ini memang menemukan komunitasnya, walau masing-masing punya agenda. Tetapi "jihadis" akan terus memasang mata dan kuping menunggu saat yang ditunggu-tunggu itu yaitu konflik.

Berapi-api! Firdaus Oiwobo Desak Polrestabes Surabaya Bebaskan Ivan Sugianto

"Orientasi umum gerakan jihad saat ini adalah tamkin yaitu tegaknya syariat Islam menjadi konstitusi utama," ujarnya.

Sajuli melanjutkan generasi Al-Qaeda hari ini, gerakannya sangat efektif dan mampu membaur bersama ribuan orang dalam sekali waktu. Bergerak dengan memanfaatkan perasaan umat Islam, cerdas dalam berorganisasi dan rapi, anggotanya juga disiplin.

Densus Beberkan Peran 8 Tersangka Teroris Kelompok NII yang Ditangkap di Beberapa Wilayah Indonesia

"Dan inilah salah satu keunggulan yang disebut sebagai generasi baru milenial Al-Qaeda," katanya.

"Dia adalah organisasi yang adaptif, yang telah memanfaatkan kekacauan dan gejolak perubahan revolusioner untuk menciptakan basis operasional dan rumah baru. Mereka menjadi lebih susah diprediksi, lebih otonom dan oportunis, serta lebih kuat, karena Al-Qaeda bisa mendapatkan senjata baru, rekrutan baru, sumber dana baru, serta safe haven (tempat perlindungan) baru," tambahnya.

Sajuli menilai ISIS juga diuntungkan dengan chaos di sebuah negara. Walau tidak secerdas Al-Qaeda, keduanya merupakan ancaman. "Apalagi ancaman menjelang pemilihan umum 2019 yang sekarang gesekannya sudah terasa antara dua kubu," ujarnya.

Dengan kondisi itu, dia meminta masyarakat di tanah air tetap waspada. Hal itu agar jangan sampai upaya kelompok tersebut yang memanfaatkan isu politik justru efektif menjadi provokasi yang akan memecah belah bangsa.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi memperingatkan AS bahwa negara tersebut akan bertanggung jawab atas kerugian apa pun yang mungkin dialami Iran jika mendukung serangan Israel yang telah diantisipasi.

Suriah Memanas, Menlu Iran Tuding Ulah AS-Israel untuk Kacaukan Stabilitas Asia Barat

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyebut peningkatan aktivitas kelompok teroris di Suriah bagian dari rencana AS-Israel untuk mengacaukan stabilitas Asia Barat.

img_title
VIVA.co.id
1 Desember 2024