Anak-anak Sumba Kurang Gizi Mengenaskan Tanpa Baju, ke Mana Pemda
- Grup Cinta Sumba
VIVA – Kondisi anak kurang gizi dari tahun ke tahun terus terjadi di Sumba Barat Daya bahkan juga banyak ditemukan di wilayah Sumba, NTT pada umumnya. Demikian penuturan Pater Robert Ramone, ulama Gereja Katolik yang juga bekerja untuk Lembaga Studi Pendidikan dan Pelestarian Budaya Sumba.
Melalui unggahan foto dan keterangan di laman Facebook, Pater Robert menunjukkan kondisi anak kurang gizi bahkan orangtuanya tak sanggup membeli pakaian bayi. Anak-anak malnutrisi itu kurus kering dan dalam kondisi telanjang.
"Selamat pagi para sahabat Group cinta Sumba. Salam dari Sumba Sejuta Rindu. Saya menitikkan air mata melihat foto anak kurang gizi parah pasien dokter Ako, dari puskemas Watukawulo, dekat kantor bupati dan SKPD, Tambolaka, ibu kota kabupaten Sumba Barat Daya. Tadi malam dokter Ako, yang merawat bayi ini datang minta pakaian bayi untuk anak ini, ternyata sejak lahir bayi ini tak pernah pakai baju. Ini baru satu kasus di pinggiran ibu kota kabupaten? Masih banyak lagi yang belum dilihat dan diketahui di desa dan pedalaman. Ini kemiskinan yang amat parah (absolut). Masa depan Sumba ada dalam diri anak-anak, merekalah nanti yang memegang tongkat estafet membawa Sumba ke arah lebih baik dan manusiawi. Saya posting foto ini mau berbagi duka sebagai anak bangsa yang sudah 73 tahun merdeka. Saya hanya semakin menegaskan bahwa Sumba yang dijuluki sebagai salah satu pulau terindah dari 33 pulau di dunia ternyata tak seindah hidup para warganya," kata Pater Robert di akun Facebook.
Dihubungi VIVA melalui sambungan telepon pada Rabu pagi, 5 September 2018, Pater Robert membenarkan soal unggahan itu. Dia mengaku prihatin, sejak lama tak ada perhatian pemerintah daerah atas kondisi warga yang menderita. Padahal pemda setempat bukan tak pernah dikritik dan bukan tak tahu kondisi ini.
"Hampir tiap hari kita bisa temukan begini. Inilah kondisi di Sumba Barat Daya dan Sumba umumnya, saya tinggal di sini sejak lama," kata Pater Robert.
Dia berharap pemerintah daerah bisa merespons keluhannya melalui media sosial. Meski Pater Robert menyesalkan belum ada tanggapan sama sekali.
"Ke mana dana desa dan kepedulian pemerintah. Selama ini hanya sibuk dengan birokrasi, apa tugasnya," kata dia lagi.