Arkeolog Temukan Data Penting di Lubang Belanda Sawahlunto
VIVA – Usai melakukan ekskavasi atau penggalian sejak lima hari lalu, tim Arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat, memutuskan untuk menghentikan penggalian di bekas lubang tambang batu bara peninggalan Kolonial Belanda yang berusia ratusan tahun di kawasan Saringan, Kelurahan Lubang Panjang, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto.
Ekskavasi itu mulai dihentikan pada 31 Agustus 2018. Alasannya, metode ekskavasi yang digunakan untuk mengetahui struktur sebuah situs masa lalu yang sebelumnya tidak nampak itu, sudah dianggap cukup.
Karena tim menilai, saat penggalian telah memiliki data penting untuk memberikan penjelasan kepada tim UNESCO yang akan menilai kota Sawahlunto menuju kota warisan dunia.
"Kita melihat secara global bentuk permukaan mulut lubang dan data yang dikumpulkan sudah cukup untuk dijelaskan ke tim UNESCO nanti. Lubang tambang ini merupakan salah satu data pendukung yang dibutuhkan untuk hal itu," kata Arkeolog BPCB Sumbar Nedik Tri Nurcahyo, Senin, 3 September 2018.
Nedik menuturkan, selama ekskavasi, ada beberapa kendala yang dihadapi. Seperti banyaknya air dan lumpur yang menutupi lokasi.
Walau sudah dihentikan dan dianggap cukup memiliki data pendukung. Namun Nedik menunggu arahan dari Dinas Kebudayaan, Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Kota Sawahlunto dan tim penilai dari UNESCO.
"Untuk bisa dimanfaatkan, langkah selanjutnya kita bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan juga menunggu arahan dari UNESCO. Jangan sampai kita melangkah lebih dahulu atau salah, yang dapat merugikan dalam penilaian kota warisan dunia," katanya.
Sebelumnya, tim BPCB berhasil menemukan keberadaan bekas lubang tambang batu bara. Diperkirakan bekas lubang tambang batu bara ini sudah ada sejak tahun 1898. Ini dilihat lantaran lubang tambang semasa dengan rangkaian jalur rel pengangkut baru bara pada masa itu.