Arkeolog Temukan Lubang Tambang Berusia Ratusan Tahun di Sawahlunto
- VIVA/Andri Mardiansyah
VIVA – Tim arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat menemukan keberadaan bekas lubang tambang batu bara peninggalan pemerintah Hindia Belanda di Sawahlunto.
Tim sudah mengekskavasi atau menggali di dua titik di kawasan Saringan, Kelurahan Lubang Panjang, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto. Diperkirakan bekas lubang tambang batu bara itu berusia lebih seratus tahun.
"Lubang tambang ini diperkirakan dari tahun 1898. Ini dilihat lantaran lubang tambang semasa dengan rangkaian jalur rel pengangkut barubara," kata arkeolog Nedik Tri Nurcahyo, Kamis, 30 Agustus 2018.
Ekskavasi adalah salah satu metode dalam mengungkap suatu data arkeologi, yaitu struktur lubang tambang yang telah terpendam dalam tanah. Tim juga bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Sawahlunto sebagai upaya penguatan data dukungan terhadap rencana Kota Lama Sawahlunto sebagai warisan Dunia.
Fokus ekskavasi di depan lubang panjang Saringan dan di depan lubang Sungai Durian. Tim telah menggali sedalam dua setengah meter, namun tidak ditemukan lagi relnya, bahkan lubangnya pun sudah ditutup dengan bata dan plaster.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan, Peninggalan Sejarah dan Permeseuman Kota Sawahlunto, Hendri Thalib, situs lubang tambang itu akan menjadi bagian penilaian dari UNESCO untuk membawa kota lama Sawahunto menjadi kota warisan dunia.
Sawahlunto kini dikenal sebagai kota tambang batu bara. Kota itu awalnya sempat mati setelah penambangan batu bara dihentikan. Namun seiring perkembangan waktu, kota yang juga disebut dengan kota arang ini, berkembang pesat menjadi kota tujuan wisata tua yang multietnik. Bahkan sudah menjadi salah satu kota tua terbaik di Indonesia.
Dalam penelitiannya, Willem Hendrik de Greve pada tahun 1867, mengungkapkan bahwa di Sawahlunto terdapat 200 juta ton batu bara yang terkandung di sekitar aliran Batang Ombilin, salah satu sungai di Sawahlunto.
Sejak penelitian itu diumumkan ke Batavia pada 1870, pemerintah kolonial Belanda mulai merencanakan pembangunan sarana dan prasarana yang dapat memudahkan eksploitasi batu bara di Sawahlunto. Lalu Sawahlunto juga dijadikan sebagai kota pada tahun 1888, yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Sawahlunto.
Pemerintah Kota Sawahlunto tengah giat mempromosikan destinasi wisata sejarah serta memperjuangkan Kota Sawahlunto untuk mendapatkan pengakuan dari UNESCO.