BMKG: Kemarau di Indonesia hingga Oktober, Waspada Kekeringan
- ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
VIVA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG menyebutkan, hasil pemantauan menunjukkan, hingga pertengahan Agustus 2018 hampir seluruh wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau yakni sebanyak 95,03 persen.
"Sedangkan sisanya 4,97 persen masih mengalami musim hujan. Adapun musim kemarau diprediksikan akan berlangsung hingga akhir Oktober 2018," ujar Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal di Jakarta, Kamis, 23 Agustus 2018.Â
Herizal menuturkan, pantauan BMKG terhadap deret hari tanpa hujan sebagai indikator kekeringan meteorologis awal menunjukkan, deret hari tanpa hujan (HTH) kategori sangat panjang 31 hingga 60 hari hingga ekstrem >60 hari umumnya terjadi sebagian besar di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara meskipun di beberapa daerah sudah terpantau terdapat jeda hari hujan.Â
Sedangkan di sebagian Sumatera Selatan, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, pengaruh meluasnya musim kemarau itu juga ditunjukkan oleh munculnya beberapa daerah yang telah mengalami HTH kategori menengah 11 hingga 20 hari hingga panjang 21 hingga 30 hari.Â
"Kondisi kering itu diikuti oleh kemunculan hotspot yang memicu kejadian kebakaran hutan dan lahan yang pada akhirnya menimbulkan asap dan penurunan kualitas udara.Jumlah hotspot di Kalimantan Barat sendiri mengalami peningkatan 17,6 persen dibandingkan pekan lalu," kata dia lagi.
Awal pekan ini, pantauan alat kualitas udara di stasiun klimatologi Mempawah menunjukkan, konsentrasi Particulate Matter (PM10) tertinggi sebesar 356,93 µg/m3 yang artinya masuk dalam kategori berbahaya.Â
"Pengamatan jarak pandang mendatar visibility maksimum tercatat kurang dari 100 Meter," kata dia.
BMKG memprediksi, kondisi tersebut akan relatif berkurang dalam waktu beberapa hari ke depan. Namun demikian, Herizal mengimbau agar tetap diperlukan kewaspadaan dan langkah antisipatif untuk meminimalisir dampak.