Fakta Sejarah di Balik Gempa Besar Lombok
- ANTARA FOTO/Zabur Karuru
VIVA – Gempa besar dengan magnitude 7,0 Skala Richter yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat, ternyata bencana alam gempa terbesar yang pernah melanda pulau itu.
Dalam catatan sejarah yang disiarkan Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, ada tujuh bencana gempa besar yang terjadi di Lombok.
Tetapi, gempa pada Minggu lalu, 5 Agustus 2018, merupakan bencana gempa terbesar yang pernah terjadi.
Bencana gempa 25 Juli 1856, yang disertai tsunami yang menyebabkan banyak rumah rusak; gempa 6,7 SR pada 10 April 1978; gempa 5,7 SR pada 21 Mei 1979; gempa 6,1 SR pada 30 Mei 1979 yang menyebabkan 37 jiwa meninggal, gempa 6,0 SR pada 1979; gempa 6,1 SR pada 1 Januari 2000; gempa 5,4 SR pada 22 Juni 2013.
Menurut Daryono, secara tektonik, Lombok memang wilayah rawan gempa bumi. Sebab, posisi Lombok terletak di antara dua pembangkit gempa, yang dijuluki dengan seismik aktif.
Dua pembangkit gempa ini berasal dari selatan dan utara. Di selatan terdapat zona subdiksi lempeng Indo-Australia yang menujam ke bawah Pulau Lombok.
Sedangkan dari utara ada struktur geologi bernama Sesar Naik Flores atau Flores Bacj Arc Thrusting. Sesar Naik ini, jalurnya memanjang dari Laut Bali ke timur hingga Laut Flores.
"Sehingga, tidak heran jika Lombok memang rawan gempa, karena jalur Sesar Naik Flores ini sangat dekat dengan Pulau Lombok," kata Daryono dalam siaran resminya.
Daryono menuturkan, jika kita memperhatikan peta aktivitas kegempaan atau seismisitas Pulau Lombok, tampak seluruh Pulau Lombok banyak sebaran titik episenter. Artinya, memang banyak aktivitas gempa di wilayah ini.
Meskipun kedalaman hiposenternya dan magnitudonya bervariasi, namun tampak jelas wilayah lombok memang aktif gempa yang bersumber dari subduksi lempeng, Sesar Naik Flores dan sesar lokal di Pulau Lombok dan sekitarnya.
"Dari sebaran seismitas ini pun cukup menjadi dasar untuk mengatakan bahwa Lombok memang rawan gempa," ujarnya.