Hotel Sultan Diserang Teroris, Tamu Hotel Disandera
- VIVA/Reza Fajri
VIVA – Peluru berdesing, smoke bomb terlihat mengepul di depan lobi Hotel Sultan, Jakarta. Darrr, baku tembak terjadi. Suasana mencekam, saat sekelompok pria menenteng senjata laras panjang masuk ke dalam Hotel Sultan. Dibajak teroris!
Sebelumnya, terlihat pria bersenjata laras panjang itu masuk ke dalam hotel. Mereka menodongkan senjata kepada tamu-tamu hotel yang ada di sekitar lobi dan menyanderanya. Mereka meneriakkan tuntutan dengan jaminan para sandera.
Selang beberapa waktu, Satgas Penanggulangan Teroris TNI tiba di lokasi dengan helikopter. Heli itu kemudian menurunkan tali, pasukan khusus TNI itu rafling. Dari atap, para prajurit kemudian turun melalui tali.
Selain dari udara, pasukan elite TNI itu juga mengepung lewat darat dengan kendaraan lapis baja. Prajurit yang tiba, kemudian melumpuhkan para teroris, membebaskan sandera, dan mengamankan bom.
Drama penyelamatan sandera ini hanyalah latihan penanggulangan terorisme yang dilakukan Satgas Gultor TNI, untuk membebaskan sandera teroris di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu 1 Agustus 2018.
Satgas Gultor terdiri dari Sat-81 Kopassus, Denjaka TNI AL, dan Sat Bravo 90 TNI-AU. Dalam rangkaian latihan jelang penyelenggaraan Asian Games ini, jumlah total personel yang terlibat latihan, yakni 520 orang.
Materi latihan yang dilakukan, yaitu Latihan Posko I yang meliputi rangkaian prosedur hubungan komandan dan staf hingga penyampaian perintah operasi.
Kemudian, latihan lapangan yang meliputi teknik infiltrasi darat dan udara, menembak reaksi, pertempuran jarak dekat, evakuasi, eksfiltrasi, Dakibu, Jihandak, menembak runduk, dan taktik operasi pembebasan sandera.
Danjen Kopassus Mayjen Eko Margiyono menyampaikan, pihaknya cukup riskan menyelenggarakan latihan di kompleks GBK. Karena, jika terjadi kecelakaan latihan bisa memengaruhi kecelakaan Asian Games 2018.
"Tetapi, kita mendapatkan alokasi dari pihak penyelenggara Asian Games, diberikan waktu pada hari ini kita bisa melaksanakan (latihan) di Gelora Bung Karno kompleks," kata Mayjen Eko.