Relawan Cakra AHY Lahir, demi Agus Yudhoyono Capres 2019

Agus Harimurti Yudhoyono
Sumber :
  • Istimewa/Abror Rizki

VIVA – Sekelompok pemuda Aceh mendeklarasikan diri sebagai relawan Cakra Agus Harimurti Yudhoyono (AYH) Aceh sebagai bentuk dukungan kepada AHY sebagai calon Presiden 2019 mendatang.

Darmizal Sebut Somasi SBY Tidak Memiliki Dasar Hukum

Deklarasi relawan Cakra AHY Aceh ini ditandai dengan pemukulan beduk oleh beberapa tokoh muda Aceh serta politisi Partai Demokrat seperti Tanwir Mahdi, Arif Fadillah, Akhiruddin Mahjuddin serta beberapa tokoh muda lainnya, di Coffe Helsinki Banda Aceh, Jumat malam, 27 Juli 2018

Panitia deklarasi, Kautsar Muhammad Yus dalam orasi kebangsaannya menyampaikan, kehadirannya malam ini mewakili dari generasi muda milenial dari jutaan generasi milenial lainnya di seluruh Indonesia.

Siap Hadapi Demokrat, Prof Yusuf Henuk: Tidak Ada Bahasa Menghina

"Kami hadir di sini mewakili sebuah generasi yang kita sebut generasi milenial," kata Kautsar dalam orasinya.

Kautsar menyebutkan, total generasi milenial saat ini di Indonesia menyentuh angka 35 persen, lebih dari 0,25 persen jumlah total penduduk Indonesia karena selebihnya adalah anak-anak dan orang tua.

Curhat AHY yang Jadi Korban Hoax Lantaran Demokrat Tolak UU Ciptaker

"Ini adalah angka kekuatan politik, sosial dan ekonomi," ujarnya.

Kautsar juga menuturkan, AHY sebagai generasi muda patut didukung sebagai calon Presiden pada Pemilu 2019.

"Kita harus mendukung AHY jadi capres selaku generasi milenial, kami deklarasikan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon Presiden RI pada Pemilu 2019," tuturnya.

Selain itu, dalam orasi politik deklarasi Cakra AHY Aceh ini juga disampaikan bahwa saat ini adalah momen-momen perubahan bangsa, anak mudalah yang selalu menjadi pendorong perubahan sejarah.

"Dari progresif menjadi konservatif, dari maju menjadi kolot, karena itu muda bukan hanya usia biologis, tapi muda terutama adalah daya pikir, imajinasi, kreativitas yang melampaui zamannya dan daya kerja yang melampaui rata-rata," kata Kautsar.

Menurutnya, secara global, makin banyak negara yang mendorong anak muda menjadi pemimpin seperti Emmanuel Macron menjadi Presiden Prancis pada usia 39 tahun, Sebastian Kurtz menjadi Kanselir Austria pada usia 31 tahun, Jacinda Ardern menjadi Perdana Menteri Selandia Baru pada usia 37 tahun. Tren ini terus bermunculan di Eropa, Amerika, Asia, Timur Tengah hingga Afrika. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya