Logo BBC

Dua Tahun Usai Kerusuhan SARA, Toleransi di Tanjung Balai Kian Kuat

Kondisi vihara Huat Cu Keng kini, dua tahun setelah pengrusakan - BBC News Indonesia
Kondisi vihara Huat Cu Keng kini, dua tahun setelah pengrusakan - BBC News Indonesia
Sumber :
  • bbc

Tak berapa lama, polisi datang mengamankan situasi. Masa pun kemudian mundur. Namun, setelah terkumpul lebih banyak lagi, mereka kembali melakukan penyerangan. Polisi pun tak berkutik lantaran kebanyakan yang melakukan pengrusakan adalah anak dibawah umur.

"Polisi bisa nahan, yang melempar, yang merusak anak di bawah umur. Polisi bisa bertindak represif lah ya untuk anak di bawah umur," jelasnya.

Penyelidikan kepolisian menyebut perusakan dan pembakaran sejumlah vihara dan kelenteng diawali permintaan seorang warga Tionghoa agar pimpinan sebuah masjid mengecilkan volume pengeras suara masjidnya.

Hal ini menimbulkan reaksi dari warga yang merasa tersinggung, dan kerusuhan pecah setelah ada provokasi melalui media sosial.

Namun, salah satu warga Tanjung Balai, Suryajaya menegaskan insiden itu murni karena kesalahpahaman.

"Yang satu bilang persoalannya kecil saja, tapi kemudian yang menyampaikan tadi salah, akhirnya recok, begitu dulu ceritanya."

"Jadi yang lain itu terikut-ikut, akhirnya lain lagi cara penyampaiannya. Jadi akhirnya yang disampaikan diterima oleh orang yang tidak mengerti," jelas Surya.

Suara mesin kapal motor yang berlayar di Sungai Asahan lamat-lamat terdengar ketika Surya mengatakan, kesalahpahaman yang dulu menyulut aksi intoleransi telah menjadi kenangan, hampir dua tahun berselang, setelah semua pihak turun tangan.

"Kapolres, Kapolda datang kemari sudah mendamaikan semuanya. Ulamanya pun sudah ngasih tau semua masyarakat bahwa itu sebetulanya tidak benar, jadi didamai-damaikan lah semuanya, tidak ada lagi persoalan," tegasnya.