Kisah Rani Si Pilot Wanita Pertama TNI AD Melawan Takut Terbang
- VIVA/Dwi Royanto
VIVA – Deru suara mesin helikopter sudah menjadi pemandangan biasa bagi Letnan Dua Korps Penerbangan Korps Wanita Angkata Darat atau Kowad, Tri Ramadani. Sebagai srikandi calon pilot TNI AD, menerbangkan pesawat memang telah menjadi impiannya sejak lama.
Rani menjadi satu dari tiga srikandi TNI AD yang terpilih untuk menempuh pendidikan pilot di Pusat Pendidikan Penerbangan Angkatan Darat di Semarang. Selain Rani, ada juga Letda Cpn (K) Puspita Ladiba dan Letda Cpn (K) Feny Avisha. Ketiga dara muda itu tercatat menjadi calon pilot pertama TNI Angkatan Darat.Â
Dia, kini mulai rutin berlatih menerbangkan sendiri pesawat, meski masih dipandu seorang instruktur pengajar. Sebelum mengoperasikan pesawat capung, mereka menjalani kelas singkat tentang situasi penerbangan dan arah angin.
Rani pun berkesempatan menerangkan teori penebangan di depan siswa lain. Perempuan berhijab hitam itu tampil atraktif menerangkan sejumlah teori dengan menenteng sebuah buku besar.
"Tadi kita menjalani kelas untuk teori-teori penerbangan. Memang kita dituntut mampu menganalisis dan praktik terbang secara langsung," kata Rani.
Dara 22 tahun asal Lahat, Sumatera Utara, itu lalu berkesempatan menerbangkan helikopter latih jenis Hughes 300. Ia pun cekatan mengoperasikan heli oranye itu hingga bermanuver udara.
Bagi Rani, kesempatan menjadi seorang calon pilot TNI Angkatan Darat menjadi kebanggan tersendiri. Gadis 22 tahun lulusan Akademi Milter Magelang 2017 mengaku telah menjalani total 40 jam terbang selama menjalani pelatihan.
"Rasa takut pasti ada. Karena tensinya tinggi, kalau kita takut pesawat itu enggak bisa stabil dan kayak ngamuk sendiri. Saya sampai sepuluh jam lebih sempat belum bisa menerbangkan pesawat itu karena takut," ujarnya.
Berbekal keyakinan tinggi, sejumlah hambatan telah terlewati. Satu yang memotivasinya adalah kesempatannya menjadi calon perwira pilot pertama dalam sejarah TNI AD. Pun banyak jam terbang solo atau terbang sendiri dengan melintasi berbagai medan maupun pendaratan di tengah penduduk.
"Jadi, akan banyak anggota dan ada generasi selanjutnya, karena juga sebagai angkatan pertama (pilot perempuan) harus berani. Mati, rejeki, jodoh itu sudah ada yang menentukan," katanya.
Menurut Komandan Pusdik Penerbad, Kolonel Cpn Catur Puji Santoso, ketiga Kowad itu baru menjalani enam bulan latihan di kesatuannya. Total ada 20 siswa yang tergabung. Terdiri atas tiga Kowad lulusan Akmil dan 17 siswa laki-laki dari Bintara. Sesuai jadwal pelatihan itu akan sampai Februari 2019.
Catur mengaku terkesan dengan kemampuan ketiga calon penerbang wanita Angkatan Darat itu. Secara kemampuan, mereka bahkan tak kalah dari pilot laki-laki.
"Harapan kita, nantinya akan ada lagi Kowad yang bergabung. Mereka adalah prajurit pertama penerbang TNI AD. Kita persiapakan untuk mengawaki berbagai jenis helikopter operasional nantinya," katanya.