Gunung Anak Krakatau Erupsi, Kaca Pos Pantau Bergetar
- PVMBG
VIVA – Gunung Anak Krakatau (GAK) mengalami erupsi. Getaran erupsi mengakibatkan kaca di pos pantau setempat bergetar.
"Erupsinya sering, rekamannya tremor terus menerus," kata Kepala Pos Pantau GAK Lampung Andi Suandi, saat dikonfirmasi melalui pesan singkatnya, Jumat, 13 Juli 2018.
Meski terus mengeluarkan material batu dan pasir hingga lava pijar, namun pemantauannya tertutup kabut. "Kondisi GAK masih aktif. Kemarin tremor saja. Abu tidak terpantau karena kabut," ujar Andi.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, hasil pengamatan malam hari, terlihat sinar api dan guguran lava pijar.
Gempa tremor terus menerus dengan amplitudo 25 sampai 50 mm. Meski begitu, kondisinya tetap di Level II atau Waspada. Masyarakat dilarang mendekat dalam radius satu kilometer.
GAK mengalami peningkatan aktivitas sejak 18 Juni 2018. Dalam kondisi normal, embusan abunya setinggi 25-100 meter.
Tanggal 18 Juni 2018, selain gempa vulkanik dan tektonik, mulai terekam juga gempa tremor menerus dengan amplitudo 1 – 21 mm (dominan 6 mm).
Tanggal 19 Juni 2018, gempa hembusan mengalami peningkatan jumlah, dari rata-rata satu kejadian per hari, menjadi 69 kejadian per hari.
Selain itu mulai terekam juga gempa low frekuensi sebanyak 12 kejadian per hari. Gempa tremor menerus dengan amplitude 1 – 14 mm (dominan 4 mm).
Tanggal 20 Juni 2018, terekam 88 kali gempa hembusan, 11 kali gempa low frekuensi dan 36 kali gempa vulkanik dangkal.
Tanggal 21 Juni 2018, terekam 49 kali gempa hembusan, 8 kali gempa low frekuensi, 50 kali gempa vulkanik dangkal dan 4 kali gempa vulkanik dalam.
Pengamatan visual Gunung Anak Krakatau dari tanggal 18 hingga 20 Juni 2018, pada umumnya gunung tertutup kabut.
Sedangkan pada tanggal 21 Juni 2018, gunung tampak jelas hingga kabut, teramati asap kawah utama dengan ketinggian 100-200 meter dari puncak, bertekanan sedang, berwarna kelabu dengan intensitas tipis.
Lalu telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau, Lampung, pada tanggal 25 Juni 2018 pukul 07.14 WIB, dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 1.000 meter di atas puncak
Erupsinya melemparkan abu vulkanik dan pasir. Meski erupsi itu tidak membahayakan penerbangan dan pelayaran di Selat Sunda.
Gunung Anak Krakatau merupakan salah satu gunung yang masih aktif. GAK baru muncul dari permukaan laut tahun 1927. Rata-rata bertambah tinggi 4 sampai 6 meter per tahun. (ase)