Medsos Riuh Pesan Perpecahan, Agamawan Nilai Ada Pendegradasian Harkat
- VIVA.co.id/ Fajar Ginanjar Mukti
VIVA – Para agamawan dari enam agama yang diakui keberadaannya di Indonesia menyampaikan prihatin atas riuhnya pesan-pesan yang bernada perpecahan di media sosial. Pesan-pesan itu semakin ramai berseliweran di tahun politik, seperti tahun ini Pilkada serentak serta tahun depan Pileg dan Pilpres 2019.
"Banyak di media sosial, (pesan) yang kita nilai sangat bersifat dialektik, dengan arti mengandung pertentangan, penuh dengan ujaran-ujaran kebencian, penghinaan terhadap sesama," ujar Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban, Din Syamsuddin, di Kantor Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), Jakarta, Selasa, 10 Juli 2018.
Din yang merupakan mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah mewakili agama Islam. Menurut Din, nada pesan yang mengundang perpecahan itu belakangan semakin parah. Contohnya, penggunaan istilah 'cebong' atau 'kecebong' untuk memanggil kalangan yang dinilai mendukung Joko Widodo, juga istilah lain yang digunakan untuk memanggil kalangan pendukung kandidat capres lain.
"Ada pendegradasian harkat, martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan, seperti dalam penggunaan label-label kebinatangan," ujar Din.
Din menyerukan, umat Islam secara khusus, juga umat-umat beragama lainnya, untuk lebih menunjukkan sikap beradab di tahun politik. Menurut dia, keriuhan yang tidak bermanfaat di media sosial pada tahun politik hanya akan menjadi bibit-bibit dari kehancuran dan perpecahan Indonesia.
"Marilah kita berlomba-lomba memperjuangkan aspirasi, kepentingan politik kita masing-masing secara beradab, dengan berlomba-lomba di dalam kebaikan, kebajikan, dan keadaban," ujar Din.
Dalam acara itu hadir pula pemuka agama perwakilan dari Protestan, Katolik, Hindu, Budha, serta Konghucu.