Dinas Pariwisata sejak Lama Sadari Kekurangan Transportasi Danau Toba
- ANTARA/Irsan Mulyadi
VIVA – Peristiwa tenggelamnya kapal Sinar Bangun di Danau Toba, Sumatra Utara, menjadi momentum untuk melakukan perbaikan sarana dan prasarana di danau terbesar di Asia Tenggara itu.
"Keadaan ini menjadi momentum untuk me-warning semuanya; jadi cermin besar kita untuk berkaca. Sebenarnya ini seperti apa, itu sudah disadari pelaku pariwisata dan sektor terkait," kata Kepala Dinas Pariwisata Samosir, Ombang Siboro, kepada wartawan pada Rabu, 3 Juli 2018.
Ombang menjelaskan kejadian itu juga membuat Pemerintah Kabupaten Samosir untuk mengevaluasi dan menata ulang sarana dan prasarana di Danau Toba. Apalagi danau itu menjadi destinasi wisata internasional.
Ia mengakui, musibah kapal Sinar Bangun karam berdampak pada penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Toba. Kunjungan menurun hingga 60 persen. Namun akan dirangsang kembali untuk meningkatkannya.
"Kita ingin menunjukkan kepada dunia; kita tidak mau terpuruk, kita harus bangkit," kata Ombang.
Danau terbesar di Indonesia itu digadang-gadang masuk dalam sistus dunia Unesco sebagai Geopark Kaldera Toba dan menjadi destinasi kunjungan wisata internasional.
Proses pencarian dan evakuasi korban kapal Sinar Bangun dihentikan oleh Basarnas pada Selasa, 3 Juli 2018. Penghentian pencarian korban ditandai dengan digelar doa bersama, tabur bunga, dan peletakan batu pertama monumen.
Proses pencarian pertama dilaksanakaan 18 hingga 24 Juni 2018. Lalu, perpanjangan masa pencarian pertama 25 sampai 27 Juni 2018. Kemudian, perpanjangan masa pencarian untuk kedua kalinya dilakukan 28 hingga 30 Juni 2018.
Selanjutnya, untuk perpanjangan pencarian ketiga kalinya, 1 sampai 3 Juli 2018. Selama proses pencarian dan evakuasi korban, tim SAR berhasil mengevakuasi 24 orang. Sebanyak 1 orang berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat dan 3 orang yang lain meninggal dunia. Lalu 164 orang masih hilang.