Pemerintah Bertekad Perbaiki Sistem Pelayaran di Danau Toba
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA - Pemerintah tengah membuat empat unit kapal Ferry penyeberangan di Danau Toba, Sumatera Utara. Hal itu, dilakukan untuk penataan pelayaran di danau terbesar di Asia Tenggara itu.
Kemudian, menunjang Danau Toba sebagai destinasi wisatawan internasional. Pembangunan Kapal Ferry penyeberangan itu, bukan karena insiden Kapal Motor Sinar Bangun, yang tenggelam di Perairan Danau Toba, Senin lalu, 18 Juni 2018.
"Pada sisi lain, kami juga harus mengakui bahwa ada keterlambatan kami dalam membangun ferry. Walaupun sebenarnya ferry yang pertama sudah selesai pada Oktober pada tahun ini," kata Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, saat mengunjungi Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalung, Sumatera Utara, Senin 2 Juli 2018.
Luhut mengatakan, pembangunan empat Kapal Ferry itu menelan waktu lama, sehingga proses pembuatannya dilakukan secara bertahap dan dioperasikan untuk menunjang penyebrangan yang memiliki fasilitas standar pelayaran.
"Kemudian, disusul feri kedua ketiga dan keempat, tetapi ternyata kita kalah cepat," kata Luhut.
Dengan kejadian tenggelamnya KM Sinar Bangun yang menewaskan ratusan penumpangnya, Luhut dengan tegas mengatakan, pemerintah melakukan penataan pelayaran di Danau Toba dengan memiliki standar pelayaran.
"Jadi, sekarang kami perbaiki. Jadi sekarang harus ada manifest, ada kir untuk kapal, dan sekarang itu sudah berjalan," kata Luhut.
Untuk diketahui, Tim SAR Gabungan baru berhasil mengevakuasi 24 orang. 21 orang berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat dan tiga orang dalam keadaan meninggal dunia. Kemudian, 164 orang masih menyatakan hilang saat ini.