Logo BBC

Lakukan Ini Jika Kapal yang Anda Tumpangi Akan Tenggelam

Personel BNPB melakukan pencarian korban KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba, Simalungun, Sumatera Utara, Rabu (20/6). - ANTARA/IRSAN MULYADI
Personel BNPB melakukan pencarian korban KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba, Simalungun, Sumatera Utara, Rabu (20/6). - ANTARA/IRSAN MULYADI
Sumber :
  • bbc

Insiden tenggelamnya kapal motor (KM) Sinar Bangun di perairan Danau Toba pada Senin, 18 Juni 2018, lalu, merupakan tragedi terburuk manajemen transportasi laut dan sungai di Indonesia.

Setidaknya 180 orang dilaporkan hilang, saat kapal yang diduga kelebihan muatan itu karam di Danau Toba. 21 orang ditemukan, 18 orang selamat dan 3 orang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

Harus diakui, standar keselamatan transportasi laut di Indonesia masih sangat rendah. Seorang pembaca BBC, Bambang Arihta Surbakti, menceritakan bahwa pekan lalu, sebelum kejadian, dia berada di pelabuhan yang sama, Tigaras, Simalungun.

"Volume kendaraan sangat banyak untuk penyeberangan wisata, tapi tidak ada kelihatan petugas untuk pengamanan ataupun evakuasi jika terjadi hal yang tidak diinginkan," kata Bambang.

Bagaimana pun, keselamatan di semua moda transportasi harus menjadi perhatian utama semua pihak. Jangan pernah mengabaikan standar-standar keamanan, karena celaka, walau tak ada yang mengharapkan, bisa terjadi kapanpun dan menimpa siapapun.

Dalam kasus kapal tenggelam, warganet berbagi kiat selamat saat Anda menaiki kapal laut:

1. Pakai pelampung duluan

Tidak ada salahnya ketika Anda naik kapal laut, untuk siap dengan alat-alat keselamatan seperti pelampung atau life jacket. Pastikan Anda mengetahui dimana letak pelampung di kapal yang Anda tumpangi, dan mudah meraihnya.

2. Jangan naik kalau kapal penuh

Stuart McDonald, pelancong dari Travelfish.org, menuliskan kiat keselamatan naik kapal laut sesuai pengalamannya naik kapal laut di Asia Tenggara selama ini. Salah satu sarannya adalah jika perahu penuh, jangan naik. Jika sopir mabuk, jangan naik juga.

3. Duduk dekat pintu keluar

Stuart justru menyarankan untuk duduk di atap kapal (jika mungkin, dan jika nampak aman). Jika tidak, duduklah di dekat pintu atau jendela. Tapi pastikan pintu dan jendela itu bisa dibuka dan muat untuk jalan keluar.

4. Mengapung lebih baik dari berenang

Orang yang terancam akan tenggelam dalam satu kecelakaan, disarankan untuk melawan insting berenang dan diminta mengapung saja.

Royal National Lifeboat Institution (RNLI), lembaga Inggris yang berfokus pada penyelamatan di laut menjelaskan bahwa korban kapal yang karam harus berusaha untuk mengapung.

Mengapung dengan tenang setelah tercebur ke air, punya kemungkinan besar selamat daripada langsung berenang. Insting untuk langsung berenang dan panik, justru meningkatkan kemungkinan air masuk ke paru-paru, dan membebani jantung.

Tapi masalahnya, menurut survei RNLI, hanya 3 persen responden yang mengatakan mereka akan mencoba mengapung jika terjatuh ke air. 40 persen mengatakan bahwa reaksi otomatis mereka adalah berenang.

"Penting sekali untuk mencoba mengabaikan insting untuk langsung berenang," kata Manajer Keamanan Pesisir RNLI Ross Macleod. Dia meminta semua orang untuk mempelajari dan melatih keterampilan mengapung di air, karena itu bisa menjadi pembeda antara hidup dan mati.

Mungkinkah penumpang bertahan hidup di Danau Toba?

Pada tahun 2015, Fransiskus Subihardayan (saat itu usianya 22 tahun) selamat setelah tiga hari mengapung di Danau Toba.

Fransiskus adalah satu dari lima penumpang Helikopter Eurocopter EC-130 yang lepas landas dari helipad Siparmahan, Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Minggu 11 Oktober 2015. Helikopter tersebut seharusnya tiba di Bandara Internasional Kualanamu, pukul 12.45 WIB, namun tidak pernah mendarat.

Menurut Fransiskus, yang paling utama yang dia lakukan ketika helikopter yang dia tumpangi jatuh di perairan Danau Toba, adalah tenang.

Setelah itu Fransiskus berusaha tidak banyak bergerak dan berusaha mengapung. Dia memasukkan enceng gondok yang dia temukan di sekitarnya, ke dalam bajunya untuk membantunya mengapung dengan lebih mudah.

Selama tiga hari terapung, Fransiskus tidak makan. Tapi karena terapung di danau air tawar, dia dapat minum air danau untuk menghindari dehidrasi.

"Korban dalam kondisi lemas, kita temukan di perairan dekat Desa Onan Baru sekitar pukul 13.00 WIB," kata juru bicara Basarnas Medan, Hisar Turnip, kepada wartawan BBC Indonesia pada tahun 2015. Fransiskus ditemukan pada Selasa siang, dan helikopter jatuh pada Minggu siang.