Kemenhub Akan Siapkan Festival Balon Udara Setiap Lebaran
- ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
VIVA – Pelepasan balon udara pada saat hari raya Lebaran bagi sebagian kelompok masyarakat memang sudah menjadi tradisi. Seperti yang dilakukan masyarakat di Wonosobo dan Temanggung, Jawa Tengah. Entah mulai kapan persisnya tradisi ini dimulai.
Yang pasti, setiap hari raya Lebaran, puluhan hingga ratusan balon udara terbang memenuhi langit. Corak balon yang dibuat dengan kertas minyak warna warni itu semakin menambah semarak berlebaran di kampung-kampung yang berada di kaki Gunung Dieng tersebut.
Namun, tak dipungkiri, tradisi pelepasan balon udara ini juga memiliki risiko. Ketika balon-balon udara itu membumbung tinggi memenuhi angkasa, tentu akan mengancam keselamatan penerbangan. Apalagi, balon-balon udara itu diterbangkan secara liar, tak berizin.
Kementerian Perhubungan menerima puluhan laporan penerbangan balon udara secara liar di sejumlah wilayah di Jawa. Setidaknya ada 70 laporan dari pilot maskapai penerbangan sipil yang melihat adanya balon udara liar yang terbang pada ketinggian 20 ribu meter, yang mengancam keselamatan penerbangan.
"Balon udara liar itu kebanyakan diterbangkan dari wilayah Wonosobo dan Temanggung bahkan laporan terbaru ada yang diterbangkan dari wilayah Ponorogo Jawa Timur," kata Agus di Yogyakarta, Rabu, 20 Juni 2018.
Ia menyadari di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, menerbangkan balon udara itu sudah merupakan tradisi setiap Lebaran. Namun, ancaman keselamatan penerbangan akibat balon udara itu menjadi hal serius.
Oleh karenanya, pada daerah-daerah yang sering menerbangan balon udara tak terkendali tersebut, Agus mengatakan Kemenhub dan Air Nav akan menggelar festival balon udara yang benar dan tidak mengganggu atau membahayakan penerbangan.
"Ke depan pemerintah daerah akan menggelar festival balon rutin setiap lebaran sehingga balon udara yang diterbangkan tetap dapat dinikmati serta tidak mengancam keselamatan penerbangan," ujarnya.