Soal Laporkan Kiai Pendukung Khofifah, PMII Tak Bulat
- VIVA/Rahmat Noto
VIVA – Kelompok yang mengatasnamakan Jaringan Alumni Muda Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia PMII atau Jampi melaporkan juru bicara kiai pendukung Khofifah-Indar Parawansa-Emil Dardak, KH Asep Saifuddin Chalim ke polisi atas tudingan ujaran kebencian. Namun ternyata tindakan Jampi itu tak diterima oleh sebagian kader PMII.
Jampi melaporkan Kiai Asep ke Kepolisian Daerah Jawa Timur berkaitan dengan menyebarnya fatwa fardu ain 'berkhianat kepada Allah jika tidak memilih Khofifah-Emil' di Pemilihan Gubernur Jawa Timur. Jampi menilai pernyataan itu merugikan pasangan calon rival Khofifah, Saifullah Yusuf alias Gus Ipul dan Puti Guntur.
"Unsur pidananya itu karena Beliau (Kiai Asep) sudah menyebut nama yakni Gus Ipul. Ini kan sama saja dengan pembunuhan karakter. Selain itu juga berpotensi mematikan karier politiknya Gus Ipul," kata Ketua Jampi Jatim, Abdul Hamid, saat melaporkan kasus itu di Markas Polda Jatim, Surabaya, beberapa waktu lalu.
Namun tindakan itu disoal oleh sebagian kader PMII bukan hanya di Jawa Timur bahkan oleh kader PMII di daerah lain. Izzat Muttaqin yang merupakan kader PMII Ciputat mengaku kecewa dengan laporan Jampi tersebut apalagi membawa-bawa nama PMII.
Menurut Izzat, kelompok yang bertindak membawa nama PMII telah menabrak aturan organisasi. Di PMII menurutnya, perkumpulan alumni sudah ada yakni Ikatan Alumni atau IKA PMII. "Aliansi (Jampi) itu terkesan instan dan sesuai pesanan," katanya lagi dalam keterangan tertulis diterima VIVA pada Jumat, 15 Juni 2018.
Alumnus Pesantren Amanatul Ummah itu menuturkan, hal yang dilakukan Jampi tidak sejalan dengan prinsip dasar nilai-nilai pergerakan. Di PMII lanjut dia, budi pekerti, akhlak kesantrian, dan kesopanan harus dikedepankan dalam menghadapi dan menangani masalah apapun, termasuk dalam konteks perbedaan pendapat.
"Seharusnya apabila ada informasi atau sebuah kabar berita, dikonfirmasi terlebih dahulu. Dalam budaya santri disebut tabayun," kata Izzat.
Nah, Jampi menurutnya tidak melakukan apa yang disebut tabayun itu dan langsung melaporkan Kiai Asep ke polisi. Dua pekan menjelang pemungutan suara pilkada, tensi politik di Jawa Timur memanas. Intrik dan saling serang melalui pernyataan meluncur dari pendukung kedua paslon baik dari pendukung Khofifah-Emil Dardak maupun Gus Ipul-Puti Guntur.