Mensos: Kejiwaan Anak-anak Bomber Surabaya Belum Stabil
VIVA – Menteri Sosial Idrus Marham mengatakan bahwa kondisi kejiwaan tujuh anak dari para pelaku teror bom di Surabaya masih tidak stabil. Mereka kadang-kadang terlihat senang dan tertawa tetapi tiba-tiba merenung.
“(kondisinya kejiwaannya) tadi sempat ketawa-tawa, setelah itu duduk, lalu termenung lagi," kata Idrus saat menjemput ketujuh anak itu dibawa dari Surabaya untuk direhabilitasi di Jakarta pada Selasa malam, 12 Juni 2018.
Petugas Kementerian Sosial sempat menghibur anak-anak itu untuk mengembalikan keceriaannya. Idrus bahkan ikut berusaha membuat kondisi mereka normal lagi, misal, bermain bersama dan berbuka puasa.
Kemensos akan membawa anak-anak itu ke tempat rehabilitasi yang dirahasiakan keberadaannya. Idrus optimis kondisi psikologis anak-anak itu pulih lagi setelah menjalani rehabilitasi.
"Saya punya keyakinan mereka akan bisa tinggal di tempat yang kami siapkan dengan baik dan penuh kegembiraan," ujarnya.
Rehabilitasi
Idrus Marham menjemput ketujuh anak itu di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Mereka akan menjalani proses rehabilitasi di bawah pengawasan Kementerian Sosial.
Ketujuh anak itu, antara lain tiga anak laki-laki dan empat anak perempuan. Rata-rata berusia enam-sebelas tahun. Salah satunya ialah anak yang sempat diselamatkan polisi saat insiden bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya.
Setelah diterima Kemensos, mereka akan direhabilitasi di sebuah panti milik yang dirahasiakan tempatnya. Idrus sengaja merahasiakan tempatnya karena kondisi psikis yang belum stabil.
Idrus belum bisa memastikan berapa lama anak-anak ini menjalani proses rehabilitasi. Tergantung sejauh mana proses assessment dan perkembangan psikis dan fisik si anak. "Yang paling penting adalah pemahaman tentang ajaran agama dan betul bersih tentang ajaran radikalisme," ujarnya.