Rehabilitasi Anak-anak Bomber Surabaya Diambil Alih Kemensos
- VIVA/Nur Faishal
VIVA – Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya menyerahkan tujuh anak terduga teroris kepada Kementerian Sosial di Markas Kepolisian Daerah Jawa Timur, Surabaya, pada Selasa, 12 Juni 2018. Tujuh anak itu akan menjalani rehabilitasi di fasilitas negara yang dikelola oleh Kemensos.
Tujuh anak itu antara lain tiga anak dari terduga tewas karena ledakan bom di Rusunawa Wonocolo, Taman, Kabupaten Sidoarjo; dan satu anak dari pelaku bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, dan tiga anak dari terduga teroris yang ditindak. Anak-anak itu korban insiden serangan terorisme Surabaya pada pertengahan Mei lalu.
Penyerahan tujuh anak korban terorisme itu dilaksanakan di gedung Tribrata oleh Kepala Polda Jatim, Inspektur Jenderal Polisi Machfud Arifin. Dari Kemensos, hadir Direktur Rehabilitasi Anak, Nahar Sazah. Proses itu dilakukan setelah disepakati kerja sama antara Polda Jatim dengan Kemensos untuk penanganan anak terduga pelaku terorisme.
Machfud mengatakan, tujuh anak itu diserahkan ke Kemensos karena fasilitas di RS Bhayangkara kurang memadai. "Di Rumah Sakit Bhayangkara mungkin merasa terkungkung, di tempat Kementerian Sosial mungkin akan merasa aman, ya, saya senanglah," katanya.
Nahar Sazas merahasiakan lokasi pasti rehabilitasi ketujuh anak terduga teroris itu. Hal yang pasti, proses awal ketujuh anak itu akan menjalani rehabilitasi medis. "Setelah itu kemudian rehabilitasi sosial, lalu pendampingan psikososial, pengobatan sampai pemulihan," ujarnya.
Kemensos akan melihat perkembangan psikososial si anak hingga pulih betul. Setelah itu, baru mereka akan menjalani proses rehabilitasi dengan keluarga dan lingkungan. "Prinsipnya, pelayanannya adalah kepentingan terbaik bagi anak. Kita tentu tempatnya menyesuaikan dengan apakah anak ini nyaman di sini. Kita akan sesuaikan dengan kondisi," kata Nahar.