Mengenal Komunitas Yahudi di Indonesia
- bbc
Jika penganut Yahudi di Sulut dapat beribadah di Sinagoga Shaar Hashamayim, penganut Yahudi di daerah lain melakukan ibadah di tempat-tempat pribadi. Salah satunya di tempat saya bertemu Elisheva, yang biasa digunakan untuk beribadah rutin dalam jumlah umat yang terbatas.
Namun untuk perayaan sulit dilakukan di sana karena tempatnya yang kecil.
Elisheva mengatakan dirinya lebih banyak mengikuti ibadah di luar negeri, terutama dalam perayaan keagamaan seperti di Singapura atau Bangkok.
"Ibadahnya lama sekali, harus buka gulungan Torah, dan di sini enggak ada," kata dia.
Dalam perayaan umat Yahudi juga selalu disuguhi makanan yang halal atau yang disebut kosher, dan itu sulit untuk didapat di Indonesia. "Lebih gampang itu keluar saja, belanja di Singapura atau Bangkok, mau impor juga akan sulit," kata Elisheva.
Menurut dia, penganut Yahudi di Indonesia terpaksa melakukan `kompromi` karena masih sulit untuk mengkonsumsi makanan kosher."Jadi kita enggak bisa taat sesaleh-salehnya, karena tidak ada dukungan negara, sementara saya perlu label bahwa ini memang kosher," ujar Elisheva yang selama berada di Indonesia menjadi vegetarian.
Untuk masalah pendidikan, menurut Elisheva, anak-anak penganut Yahudi tidak mendapatkan pelajaran agama yang sesuai dengan keyakinannya. Sementara untuk identitas di KTP, Elisheva memilih untuk mengosongkannya.
"Tidak ditulis agama jadi strip saja," kata dia.
Di Sulawesi Utara, menurut Yaakov, ada ratusan orang keturunan Yahudi, namun sebagian besar dari mereka tak menganut Yudaisme.
Beberapa tahun terakhir, beberapa orang dari mereka memutuskan kembali ke agama nenek moyang. "Itu pun sangat terbatas dalam kemampuan menjalani agamanya," jelas dia.
Meski di sini penganut Yudaisme dengan bebas dapat menjalankan ibadah mereka, namun sampai saat ini tak dapat mencantumkan agama atau mengosongkan kolom agama mereka di KTP.
"Mengenai identitas kami cukup berpikir logis agama kami ditulis, karena ini bisa menimbulkan spekulasi baru, masalah baru. Tapi seandainya kami boleh dikosongkan itu sudah lebih dari cukup, kami tidak minta kami ditulis Yahudi di KTP karena sensitif bisa menimbulkan masalah baru," kata dia.
Menurut Yaakov, saat ini yang penting bagi dia adalah penganut Yahudi bebas untuk menjalankan ibadahnya.