Logo BBC

Kisah Toleransi Suku Tengger di Kaki Gunung Bromo

-BBC News Indonesia/Eko Widiantoro
-BBC News Indonesia/Eko Widiantoro
Sumber :
  • bbc

Unan-unan digelar agar desa dan masyarakat terjaga keselamatan, dan dijauhkan dari malapetaka. Jika tak dilengkapi akan menimbulkan energi negatif. Unan-unan merupakan adat yang menjadi kepercayaan. Sehingga tak ada wabah penyakit, kriminalitas maupun kejahatan yang lain.

Upacara Unan-unan dilangsungkan Kamis 31 Mei 2018. Ribuan masyarakat berkumpul di depan rumah Kepala Desa Ngadas. Sebuah berisi kepala kerbau dilengkapi dengan sate, jajanan pasar dan tumpeng ditandu. Sebagian masyarakat mengenakan pakaian adat, bercelana hitam, kemeja hitam dan udeng penutup kepala khas Tengger.

Sesaji dibawa dengan arak-arakan masyarakat setempat. Para pemangku adat, kepala desa dan tokoh agama berada di barisan terdepan. Setiap langkah arak-arakan pembawa sesaji diiringi alunan musik tradisional tengger. Perpaduan bunyi seruling, gong dan kendang, sementara sesaji diarak menuju Pura Pamujan.

Semua sesaji di letakkan di sebuah altar, sementara pemangku adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat duduk meriung bersimpuh beralas karpet. Dukun Sepuh, Sutomo merapal mantra. Khidmat semua mendengarkan mantra atau doa yang dipanjatkan Sutomo.

Sedangkan masyarakat berdiri, berdesak-desakan melihat dari dekat prosesi ritual. Usai Dukun Sepuh Utomo merapal mantra, seluruh warga suku Tengger di Ngadas berebut sesaji. Mereka berharap sesaji tersebut membawa keberkahan dan keselamatan.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang, Made Arya menilai rirual adat Tengger selalu menarik wisatawan. Berpotensi menjadi tujuan wisata terutama wisatawan mancanegara sehingga harus dijaga dan dilestarikan. "Upacara adat ini diwariskan turun temurun harus dilestarikan," ujarnya.

Selain itu, juga bisa menjadi wisata religi dan pengunjung bisa belajar kisah toleransi di Desa Ngadas. Meski berbeda agama tetapi tetap rukun dan tak pernah ada konflik antaragama.