Kisah Toleransi Suku Tengger di Kaki Gunung Bromo
- bbc
Umat Hindu, Buddha dan Islam di kaki Gunung Bromo, Jatim, menempatkan agama sebagai keyakinan individu, tetapi mereka aktif bersama dalam melestarikan adat budayanya.
Dukun Sepuh suku Tengger Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Sutomo menuntun seekor kerbau, diiringi bocah desa setempat, Rabu 30 Mei 2018.
Sementara pemuda dan orang tua menyiapkan tempat penyembelihan kerbau untuk sesaji. Mereka tengah menyiapkan sesaji untuk upacara Unan-unan - sebuah upacara yang digelar lima tahun sekali. Usai kerbau disembelih, daging diolah untuk sesaji di rumah Kepala Desa Mujianto.
Giliran ibu-ibu yang bekerja mengolah daging kerbau dan menyiapkan aneka sesaji yang akan persembahkan dalam upacara Unan-unan. Terdiri dari 100 tusuk sate daging kerbau, 100 jajanan pasar dan 100 tumpeng. Sementara kepala, kulit dan kaki dibiarkan utuh. Semua sesaji dihias dengan bunga di atas ancak atau keranda bambu.
"Umat Islam ya tetap puasa saat ini," kata Dukun Utomo kepada wartawan Eko Widianto untuk BBC Indonesia, Rabu (30/05). Suku Tengger bermukim di kaki Gunung Bromo. Berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Suku Tengger menetap dan tinggal secara turun temurun di sekitar kaki Gunung Bromo yang wilayahnya berada di Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo.
Beranjak siang, sejumlah umat Hindu mengenakan pakaian rapi. Lelaki mengenakan kain, berkemeja dan udeng. Sedangkan perempuan mengenakan kain jarik, dan berkebaya. Sembari membawa membawa sesaji aneka buah di dalam nampam. Mereka melintas di jalan utama desa setempat menuju Pura Sapto Argo.